Tiga Merek Menjawab Greenpeace |
Jawaban resmi dari ketiga merek olahraga dan aksi lanjutan Greenpeace Indonesia di salah satu pabrik resmi Adidas di Serang – Banten
Hasil investigasi terbaru Greenpeace yang dirilis pada 19 Mei lalu, berjudul “Kartu Merah untuk Merek-merek Perlengkapan Olahraga”, yang mengungkap bagaimana beberapa merchandise resmi Piala Dunia 2014 yang diproduksi oleh adidas, Nike, dan Puma ternyata mengandung sejumlah bahan kimia berbahaya yang dampaknya dapat menimbulkan gangguan sistem hormon dan reproduksi, dan bersifat karsinogenik.[1]
Laporan tersebut, secara rinci menyebutkan bahwa sepatu bola ikonik adidas ‘Predator’ ditemukan mengandung PFC beracun dengan tingkat yang sangat tinggi 14 kali dari batas yang ditentukan oleh perusahaan itu sendiri, disusul oleh sepatu Nike “Tiempo”. Secara keseluruhan, 17 dari 21 sepatu bola dan setengah dari sarung tangan kiper yang diuji ditemukan mengandung PFC ionik seperti PFOA yang sangat berbahaya. Lebih lanjut pada bola resmi Piala Dunia
Greenpeace menerima jawaban resmi dari ketiga brand olahraga tersebut:
Adidas: “Tak satu pun dari produk yang diuji menimbulkan risiko kesehatan bagi konsumen. Semua produk yang dikeluarkan memenuhi persyaratan hukum. Sebagai contoh: Pedoman Eropa untuk NPE adalah 1.000 ppm (bagian per juta) – nilai yang ditemukan dalam bola adidas Brazuca adalah LIMA PULUH kali rendah dari peraturan ini. Oleh karena itu, Brazuca -seperti semua produk adidas lain yang diuji – telah memenuhi semua kriteria hukum. Tak satu pun dari hasil tes yang kami lakukan menunjukkan bahwa ada kesengajaan penggunaan komponen berbahaya dalam produk kami. Kami jelas menolak upaya Greenpeace dalam membuat konsumen kami percaya bahwa produk kami tidak aman. adidas Group, Director Corporate Communication
Nike: Nike berkomitmen untuk nol pembuangan bahan kimia berbahaya pada tahun 2020. Sejak kami mengumumkan komitmen ini pada bulan November 2011, kami telah membuat kemajuan yang berarti terhadap produk Nike. Produk-produk kami semua telah diuji dan dalam batas-batas yang ditetapkan oleh peraturan Uni Eropa dan di bawah tingkat yang diatur dalam perusahaan kami sendiri Restricted Substances List (RSL). Nike Inc, Nike Media Europe
Puma: Phthalates biasanya digunakan sebagai pelunak untuk meningkatkan fleksibilitas dari berbagai jenis produk yang terbuat dari plastik. Di Uni Eropa, tidak ada nilai ambang batas hukum untuk Phthalate dalam produk konsumen seperti sarung tangan sepak bola. Namun, PUMA mengkomunikasikan penggunaan Phthalates tertentu, yang memiliki Art. 33 dari Peraturan REACh Eropa atas konsentrasi 1000 ppm. Alternatif untuk phthalate sudah umum digunakan dalam produk PUMA. PUMA memenuhi persyaratan hukum, mematuhi semua peraturan perundang-undangan tentang NPE dan aman untuk dipakai. Penghapusan Nonylphenolethoxylates (NPE) sudah disampaikan kepada seluruh rantai pasokan pada tahun 2012. Sebuah konsentrasi 76 mg /kg NPE ini sejalan dengan Restricted Substances List (RSL), yang menetapkan konsentrasi maksimum pada 100 mg /kg. Mulai tahun 2015, PUMA telah berkomitmen untuk mengeluarkan bahan kimia perfluorinated (PFC) secara bertahap dan bekerja sama dengan pemasok untuk menerapkan teknologi yang diperlukan. PUMA aktif bekerja pada standar dan proses bersama-sama dengan kelompok ZDHC (Nol Pembuangan Kimia Berbahaya), untuk menghilangkan penggunaan Nonylphenolethoxylates dan Phthalate pelunak dalam rantai pasokan. NPEs und Phthalates merupakan bagian dari sebelas kelompok kimia prioritas yang ditargetkan PUMA untuk dihilangkan dari rantai pasokan utama.
Menanggapi hal ini, Jurukampanye Detox Greenpeace Indonesia, Ahmad Ashov Birry mengatakan: “Memang, belum ada peraturan Uni Eropa untuk PFOA dan bahan kimia lainnya dalam tekstil/sepatu tentang perlindungan konsumen. Namun tiga tahun yang lalu merek-merek tersebut berjanji untuk bertindak melebihi peraturan yang ada dan mereka berkomitmen untuk prinsip kehati-hatian dan bertindak. Kami akan mendesak kepada mereka untuk memenuhi janji-janji mereka, kami menuntut mereka untuk mengeluarkan tenggat waktu tertentu untuk menghapuskan penggunaan PFC beracun dan bahan kimia berbahaya lainnya dari produk dan proses produksi mereka. Ini adalah kesempatan bagi Nike dan Adidas untuk menunjukkan kepada pelanggan bahwa mereka menindaklanjuti komitmen detoxnya dan menanganinya secara serius.”
Beberapa hari lalu, aktivis Greenpeace Indonesia melakukan aksi langsung pada salah satu fasilitas produksi resmi sepatu adidas untuk Piala Dunia di kawasan Serang, Banten. Aksi ini dilakukan untuk menyerukan kepada adidas agar mengungkap tentang bahan kimia berbahaya yang digunakan dan dibuang untuk membuat produk ikonik yang dijual dan dipakai oleh pemain sepak bola di seluruh dunia. Sudah saatnya merek-merek bertindak dengan transparansi dengan mengungkapkan informasi buangan bahan kimia kepada publik. Publik berhak tahu tentang bahan-bahan kimia berbahaya apa yang dilepaskan ke sungai-sungai dan lingkungan mereka, yang dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi kesehatan mereka.