Aktivitas Pandai Besi, Kepulauan Selayar |
Kerajinan pandai besi(dalam bahasa lokal disebut, papanre bassi), adalah sebuah industri rumah tangga warga Dusun Tajuia, Desa Bungaiya, Kecamatan Bontomate'ne, Kabupaten Selayar. Profesi ini merupakan hampir satu-satunya sumber pemasukan warga kampung selain bertani dan beternak kambing. Berbekal tenaga yang lumayan berat, sebagian besar masyarakat kampung bergelut menghadapi kerasnya besi dan panasnya api, serta semburan debu dari proses pembakaran yang menggunakan arang tersebut.
Ketika Selayar Dotcom menanyakan sejak kapan pekerjaan ini digeluti oleh masyarakat, Baso Lolo, seorang pengrajin yang sudah mulai aktif dalam pekerjaan tempah menempah besi ini sejak tahun 1954 menjelaskan, "Kita sudah tidak tau dari kapan. Kerajinan ini sudah turun temurun dari nenek moyang. Dan dari nenek moyang dahulu, sampai saat sekarang ini, metode dan perkakas yang dipakai tidak pernah mengalami perubahan".
Dengan berbahan baku potongan besi seperti per mobil bekas, mereka bisa mengubahnya menjadi parang, pisau, pedang dan lain-lain produk besi, hanya bermodalkan sebuah tungku untuk memanasi besi yang dihembusi angin secara manual terus-menerus oleh seorang tukang pompa. Disamping itu, palu besar dan alat pemotong besi yang mereka buat sendiri, serta besi besar sebagai landasan menempah menjadi perkakas utama mereka.
Ketika kami menanyakan, produk apa saja yang bisa mereka hasilkan, dengan spontan Baso Lolo menyahut, "Alat-alat apapun bisa, termasuk kapak, cangkul, bahkan sampai pedang yang panjangnya satu meter-an. Hanya saja, makin rumit alat yang mau dibuat, makin panjang waktu yang dibutuhkan". Pengakuan mereka memang sulit dipercaya, berhubung alat yang mereka pakai pun sangat sederhana, dan semua serba manual. Demikian juga teknologi yang mereka terapkan, tidak pernah beranjak dari peninggalan nenek moyang yang entah dari zaman apa. Dan anehnya, kerajinan ini, hanya dilakoni oleh warga Dusun Tajuia, di tempat lain di daerah Selayar, tidak ada yang bisa menirunya. Kalaupun ada pengrajin di daerah lain, hampir pasti, mereka adalah warga dusun Tajuia yang merantau ke kampung tersebut.
baso lolo pandai besi seniorBaso Lolo menuturkan bahwa moyang mereka malah lebih lihai berkreasi membuat hasil kerajinan pandai besi ini. Konon, generasi kakek mereka, masih ada yang mampu membuat keris penuh dengan ukiran-ukiran, hanya dengan bermodalkan alat-alat sederhana dan primitif seperti yang mereka pakai saat ini. "Karena mereka memang belum dikejar-kejar materi seperti masyarakat masa kini. Sehingga bisa memiliki waktu untuk bermain-main dengan seni dalam profesi mereka sebagai pandai besi", demikian Baso Lolo menjelaskan alasannya. "Kalau sekarang, semuanya serba diburu. Semuanya berusaha bisa menghasilkan parang misalnya sebanyak mungkin dalam sehari", lanjutnya.
Untuk mulai beraktifitas, pekerjaan pandai besi butuh personel 3 orang yang masing-masing punya peranan yang tidak bisa dirangkap. Kalau tidak cukup 3 orang, kegiatan tidak bisa dimulai. Pembagian peranan meraka adalah, satu orang sebagai tukang pompa, satu orang pimpinan yang memimpin proses produksinya, dan seorang lagi sebagai tukang tempah utama, yang berperan menempah besi yang masih bulat menjadi tipis dan berbentuk, di bawah arahan pimpinan. Pada saat kami mengunjungi tempat Baso Lolo yang bertindak sebagai pimpinan tim, ditemani oleh H. Hajo sebagai tukang pompa, dan Ma'nassa sebagai tukang tempah.
Aktivitas Pandai Besi, Kepulauan Selayar |
Rata-rata aktifitas mereka dimulai jam 08:00, dan berakhir jam 16:30-an, diselingi istirahat siang selama sekitar satu jam. Menurut penjelasan Baso Lolo kepada Selayar Dotcom, seharian bisa menghasilkan rata-rata 12 batang parang mentah berukuran sedang. Parang mentah itu yang dihaluskan memakai kikir, lalu dimatangkan(istilah mereka: sappo), sehingga ujungnya tidak gampang aus. Setelah matang, tinggal diberi pegangan yang rata-rata terbuat dari kayu, lalu diasah. Setelah melalu proses itu, hasil kerajinan mereka baru bisa digunakan.
Kerajinan ini cukup menyerap banyak tenaga kerja. Disamping tenaga pemasaran, juga terbuka peluang lapangan pekerjaan sampingan di bidang penghalusan parang mentah(pengikiran), dan pembuatan pegangan(pangulu) serta sarung parang(Banoa). Belum lagi kerajinan ini membutuhkan sekitar 1 karung arang perharinya tiap tim yang berproduksi. Sehingga kerajinan pembuatan arang, sudah merupakan sebuah kebutuhan mutlak sebagai pekerjaan turunan dari kerajinan pandai besi ini.
Satu hal yang menjadi perhatian Selayar dotcom adalah masalah pemasaran, karena ketersediaan pasar adalah syarat mutlak utama bertahannya sebuah industri. "Permintaan dari dalam daerah Selayar sendiri saja, belum sepenuhnya bisa kami penuhi, apalagi ditambah oleh permintaan dari luar daerah, baik indonesia timur seperti Papua, bahkan sampai ke Pulau Batam", demikian Baso Lolo menjelaskan tentang potensi pasar yang mereka miliki. "Hasil produksi saja yang tidak ada. Pembeli malah seperti ngantri", lanjutnya diiringi senyuman penuh keramahan.
Perhatian Pemerintah
Akhir-akhir ini, ada sedikit perhatian dari pemerintah daerah kepada warga pengrajin pandai besi ini. Hal itu mungkin bisa dibilang sebuah kewajaran berhubung kerajinan ini termasuk unik dan langka, sehingga memang perlu dipupuk dan dikembangkan menjadi salah satu aset daerah.
Beberapa bulan yang lalu, beberapa orang yang dikomandoi oleh Abd Rajab, mengikuti studi banding ke daerah Jawa. Konon, mereka mempelajari cara kerja kerajinan pandai besi yang ada di Jawa. Dan disaat kami berbincang-bincang dengan Tim Baso Lolo, tiba-tiba ada petugas dari Dinas Koperasi & UKM kabupaten, untuk memberikan koordinasi persiapan studi banding ke daerah Tana Toraja, yang akan diberangkatkan besoknya. Tim studi banding itu beranggotakan 4 orang yang diketuai oleh Sulaiman, kepala dusun Tajuia. Dan Baso Lolo termasuk salah seorang anggota tim. Selain itu ada Patta Lolo yang mewakili kaum muda, dan H. Sariang yang juga termasuk senior dalam bidang kerajinan pandai besi ini.
Hasil dari studi banding mereka apakah membuahkan nilai tambah, sepertinya belum ada evaluasi ke arah itu. Padahal, tentu itu juga sangat diperlukan untuk bisa menilai derajat efesiensi dan efektifitas program yang dijalankan selama ini. Jangan sampai itu hanya menjadi penghamburan anggaran yang sama-sekali tidak produktif.
Ada sisi positif lain yang kelihatan sebagai wujud dari perhatian Pemerintah. Salah satunya adalah sumbangan alat pompa sederhana berenergi listrik yang diproduksi di Selayar sendiri. Dengan bantuan alat itu, cukup 2 personal, sudah bisa membentuk satu tim untuk berproduksi. Namun, ketika Selayar Dotcom berada di lokasi, belum ada warga yang mencoba memakai alat tersebut.
Teknologi sepertinya sudah mulai melirik profesi turun temurun warga Dusun Tajuia, Pandai besi. Berabad-abad kerajinan ini mutlak tanpa perubahan, kini mungkin saatnya untuk berubah. Semoga, perubahan itu membawa manfaat yang signifikan, sehingga tingkat kesejahteraan warga kampung pun bisa lebih meningkat.