Pantai Kedung Tumpang |
Obyek wisata Pantai Kedung Tumpang yang menyuguhkan keindahan panorama kolam air asin alami di pesisir selatan Tulungagung, Jawa Timur, ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara."Kunjungan paling banyak terjadi saat musim libur panjang, periode Juli-Agustus lalu dengan jumlah wisatawan mencapai 10.000, bahkan lebih," tutur Poit Hadi Wijaya, salah satu penjaga pantai di wilayah pesisir Pantai Kedung Tumpang, yang terletak di Desa Pucanglaban, Kecamatan Pucanglaban, Tulungagung,.
Jumlah kunjungan tersebut tidak dihitung secara spesifik oleh komunitas warga pesisir yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokadarwis) Pantai Kedung Tumpang melalui penjualan tiket masuk, melainkan berdasarkan perolehan jasa parkir kendaraan.
Dengan harga karcis jasa parkir senilai Rp 5 ribu per kendaraan roda dua, dan Rp 10-15 ribu untuk kendaraan roda empat pribadi atau kendaraan umum sejenis travel, Poit menyebut perolehan parkir saat itu per hari bisa tembus hingga Rp 30 juta.
Setelah musim libur panjang, sampai saat ini obyek wisata Pantai Kedung Tumpang yang memiliki 6 kolam air asin alami di atas tebing batuan karang itu masih ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah di Jatim, terutama setiap hari libur pada tanggal merah atau setiap Sabtu-Minggu.
Menurut Poit, perolehan jasa parkir kendaraan saat ini masih berkisar antara Rp 8-10 juta per hari.
"Dari perolehan itu, mayoritas kendaraan roda dua ditumpangi dua wisatawan. Jadi bisa diperkirakan jumlah pengunjung rata-rata setiap hari liburan yang bisa mencapai rata-rata 2.000-an kendaraan, baik roda dua maupun empat," ujar Tukiran, penjaga pantai yang bertugas di lokasi obyek wisata Pantai Kedung Tumpang.
Saat menyusuri kawasan pesisir Kedung Tumpang yang memiliki bentang panjang pantai sekitar satu kilometer dan didominasi batuan karang yang berhadapan langsung dengan laut selatan atau Samudera Hindia tersebut, Antara beberapa kali berpapasan dengan wisatawan domestik dari berbagai daerah di Jatim, Jateng, maupun luar Jawa.
Mereka rata-rata datang secara berkelompok, baik bersama anggota keluarganya, teman, ataupun yang berlatar belakang komunitas bikers (pemotor).
Andriani, misalnya, wisatawan domestik asal Madiun, mengaku jauh-jauh datang menggunakan sepeda motor ke Pantai Kedung Tumpang bersama suami dan anaknya yang masih kecil hanya karena penasaran dengan keindahan panorama pantai yang menyuguhkan panorama kolam air asin alami tersebut.
Hal senada diucapkan M Hasan (70), lelaki sepuh pensiunan PNS di Surabaya, yang mengaku datang berombongan menggunakan mobil travel dengan seluruh anggota keluarganya untuk kedua kali setelah sebelumnya sang cucu sudah membuktikan keunikan dan daya tarik kolam air asin di atas tebing batuan karang dengan warna berbeda tersebut.
"Cucu yang pertama kali datang ke sini. Katanya bagus dan ingin mengajak seluruh keluarga datang lagi. Ternyata memang sangat unik karena panoramanya berbeda dengan pantai-pantai lain yang pernah kami kunjungi," ujarnya.
Pantai Kedung Tumpang memiliki sedikitnya 6 kolam air asin yang terbentuk secara alami akibat abrasi ombak yang mengempas tebing batuan karang yang memagari kawasan pesisir pantai itu selama beratus-ratus atau bahkan beribu-ribu tahun yang lampau.
Keenam titik kolam air asin alami itu oleh warga setempat secara turun-temurun telah diberi nama masing-masing, yakni Slender, Ngantal, kolam bidadari atau kedung dowo, kedung jani, kedung pawonan, serta kedung gede.
Dari 6 titik kolam air asin alami itu, kolam bidadari atau kedung dowo, kedung pawonan, serta kedung gede menjadi tempat yang paling difavoritkan wisatawan.
Selain keindahan panorama kolam-kolam kecil di antara batuan karang yang disertai deburan ombak besar memecah di tepian tebing, pengunjung juga berkesempatan mandi di tengah kolam. Namun pengunjung harus berhati-hati karena pada waktu tertentu (terjadi air pasang), empasan ombak bisa menghantam seluruh obyek wisata tersebut dengan ketinggian air mencapai 50 meter dari permukaan laut saat kondisi surut.