Martha Lotang dan kelompok Cinta Persahabatan telah menanam puluhan ribu mangrove |
Kampanye - Alor, NTT - Abrasi mengancam sebagian besar pulau di Indonesia, termasuk Pulau Alor yang terletak di Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebuah upaya pencegahan abrasi dilakukan Martha Lotang bersama kelompok Cinta Persahabatan tanam mangrove, meskipun tak mudah.
Matahari baru saja terbit ketika perahu-perahu nelayan tampak mulai mengarah ke tengah laut untuk mencari ikan. Di pinggir pantai seorang nelayan melepas tali perahu yang dikaitkan ke sebuah batang pohon bakau, atau mangrove di pinggir pantai yang tampak sangat kokoh.
Di sela-sela hutan mangrove seorang perempuan sibuk membersihkan sampah yang tersangkut di tanaman bakau yang masih muda. Sudah empat tahun ini Martha Lotang rutin menyusuri pantai setiap pagi untuk merawat ribuan tanaman bakau yang telah ditanamnya. Saya menemaninya pagi itu.
"Kotoran itu, sampah, kalau ada talinya, yang dibawa gelombang itu, akan membelit anakan tangkai dorang itu. Maka kita harus lepas, kita harus buka. Kalau kita tidak lihat atau tidak lepas talinya, dia akan mati," jelas Martha.
"Mangrove seperti anak"
Sampah merupakan salah satu penghambat pertumbuhan pohon mangrove yang ditanam Martha bersama dengan Kelompok Cinta Persahabatan sejak empat tahun lalu.
"Kasih (terhadap mangrove) ini, (karena) saya merasa iba, sepertinya anak saya begitulah. Anak merah yang baru dilahirkan, setiap hari harus kita lihat, kita raba, kita harus rangkul dia. Jadi seperti anak kecil harus kita rawat baik-baik supaya dia bisa hidup, dia bisa sehat. Kalau memang kita tanam lalu kita buang saja, lalu satu bulan kita pergi liat apakah dia hidup? Tentunya dia mati," jelas Martha.
Puluhan ribu mangrove yang telah ditanam Martha dan kelompok taninya, telah berubah menjadi hutan dan menimbulkan daratan baru. Ditempat itu pula, binatang laut mulai bersarang.
"Kegiatan ini untuk melestarikan alam, ada manfaat yang besar, pertama untuk mencegah abrasi pantai, jangan sampai dia mengambil tanah dari darat, lalu juga untuk ikan-ikan bisa berlindung di bawah," jelas Martha.
Aktivitas penanaman mangrove yang melibatkan warga setempat dan juga anak-anak sekolah, membuat Martha mendapatkan sejumlah penghargaan antara lain sebagai Women Leader dalam CTI-CFF Women Leadership Awards yang diselenggarakan Coral Triangle Initiative CTI.
Abrasi di Alor
Martha menjelaskan setiap tahun daratan di depan kediamannya terkikis ombak hingga mencapai ratusan meter.
Abrasi yang terjadi di Kabupaten Alor semakin parah karena luasan hutan mangrove terus menyusut sepanjang tahun. Menurut data tata ruang dan wilayah (RT/RW) Kabupaten Alor, luas hutan mangrove pada 2014 mencapai 9.16 km persegi.
Penurunan luas hutan mangrove ini terjadi akibat penebangan untuk kebutuhan sehari-hari seperti kayu bakar dan juga aktivitas penambangan pasir yang menyebabkan abrasi di pantai, seperti dijelaskan Tutus Wijanarko dari organisasi lingkungan WWF.
"Kalau di sini masih banyak tambang pasir untuk keperluan pembangunan rumah dan bangunan terutama di sekitar Mali, itu di jalan banyak gundukan pasir itu akibat pengambilan dari masyarakat, dan penebangan hutan mangrove untuk kebutuhan kayu bakar," jelas Tutus.
Upaya pencegahan abrasi menurut Tutus, lebih efektif dilakukan dengan penanaman mangrove dibandingkan dengan pembangunan tanggul yang dilakukan di beberapa pinggir pantai di Kabupaten Alor.
Gelombang yang sering kali menerjang pantai di kawasan teluk Alor ini membuat pohon mangrove yang masih muda tak dapat bertahan. Tapi Martha dan kelompok tani bentukannya tetap menanam untuk mencegah abrasi.
"Begitu dia hilang, begitu gelombang datang, kami berupaya dengan bermacan-macam cara supaya anakan ini jangan patah, jangan hilang terbawa gelombang namanya alam kita tak bisa lawan, tetapi kita tetap berusaha," jelas Martha.(Sumber: BBC)