Cagar Budaya rusak akibat tangan manusia |
Ahli bebatuan dan Koordinator Konservasi dari BP3 Jateng, Radiman di sela-sela pemugaran Kompleks Menara, Masjid dan Makam Sunan Kudus menjelaskan, saat ini memang sudah banyak cagar budaya yang dipugar ataupun dikonservasi oleh BP3 dan hal tersebut sebenarnya sudah rutin dilakukan.
"Dari pengamatan di lapangan sudah banyak ditemukan sejumlah cagar budaya yang rusak karena ulah manusianya, sehingga kondisi ini terkadang sulit untuk dikonservasi secara utuh," katanya, Jumat (28/10).
Ini disebabkan karena jejak sejarahnya sudah hilang. Maka demikian salah satu jalan keluarnya adalah dengan membuat replika atau repro cagar budaya tersebut mirip dengan aslinya. "Contohnya pada salah gapura di tempat wudhu wanita Kompleks Menara, Masjid dan Makam Sunan Kudus kami buat repro dengan bahan baku yang sama yaitu kayu jati yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya," ujarnya.
Hal itu sesuai dengan kaedah pelestarian yang tidak menghilangkan nilai sejarah dari cagar budaya. Disinggung soal kesalahan yang dimaksudkan, Radiman menjelaskan, seringkali pendirian bangunan baru berdekatan dengan bangunan cagar budaya yang sebenarnya hal tersebut berpotensi bisa merusak. "Ironisnya hal tersebut tidak banyak dipahami," katanya.
Ada kalanya ini dilakukan karena faktor kondisi letak bangunan dengan luas yang minimalis. Sehingga hal tersebut mendorong untuk didirikan bangunan berdekatan dengan bangunan cagar budaya, dan seandainya dibiarkan terjadi kerusakkan jelas itu suatu bentuk pelanggaran. "Bahkan jika tidak ada upaya pelestarian dapat dikenai dengan sanksi sesuai dengan undang - undang yang berlaku," tandasnya.