Gempa yang melanda kota Yogyakarta, Indonesia, pada Mei 2006 silam sempat membawa kerusakan yang cukup parah pada kawasan wisata dan cagar budaya Prambanan.
Namun ditengah proses restorasinya, para ahli menemukan teknologi pembangunan canggih yang melampaui teknolog manusia modern.
Antara lain adanya perbaikan tanah sedalam 15 meter sebelum bangunan candi dibangun, serta fondasi bangunan yang menggunakan sistem batu pengunci.
[Bambang Sumbandono - Kepala Unit Prambanan]
Pasca gempa yang menimpa candi prambanan, ternyata terkuak suatu permasalahan yang sebetulnya nenek moyang kita sudah lebih memahami teknologi daripada kita yang sekarang. Sebagai contoh adalah terjadinya suatu perbaikan tanah sebelum pembangunan candi yang mencapai tinggi 48 meter ini. Sudah terdapat perbaikan tanah sedalam 15 meter, untuk meredam kejut daripada gempa.
Pemugaran kawasan candi Prambanan yang terjadi beberapa kali diketemukan justru menjadi kelemahan utama dan membawa kerusakan parah ketika candi Prambanan diterjang gempa.
Hal ini disebabkan oleh penguatan struktur candi dengan penggunaan tiang pancang, yang membuat bangunan candi menjadi kaku.
Alhasil, beberapa bagian candi harus mengalami kerusakan parah ketika terjadi bencana gempa.
[Purwanta Pengunjung]
Saya sempat lama di Jogja, setiap 2 kali seminggu pasti lewat Prambanan, saya merasa sangat memilikinya. Begitu dengar ini roboh, rusak. Aduh saya pikiran pertama biaya yang luar biasa, negara harus keluar biaya. Untungnya hal ini banyak yang men-support. Saya pikir ini suatu yang luar biasa, harus dipelihara harus dipertahankan.
