Salam buat plh Indonesia
LANGIT Gowa dini hari Kamis itu masih sama dengan hari sebelumnya, tenang, langit bersih, dingin seperti biasa mengapung di kesunyian Bukit Tamalate. Namun, siapa sangka, di hari yang masih gelap itu, rencana tak terpuji sedang berlangsung. Makam Sultan Hasanuddin yang berdiam di Bukit Tamalate dirusak oleh oknum yang tak pantas disebut “to barani”.
Dengan kata lain: “Hanya pengecut yang berani dengan orang yang sudah meninggal”.
Tiga ratus empatpuluh dua tahun sejak kematian Sultan Hasanuddin, baru kali ini secara terang-terangan kepengecutan itu ditunjukkan oleh perusak tersebut, dan beberapa oknum, entah siapa, yang menjadi otak perusakan makam sultan yang wafat 12 Juni 1670 itu.
Tiga ratus empatpuluh dua tahun sejak kematian Sultan Hasanuddin, baru kali ini secara terang-terangan kepengecutan itu ditunjukkan oleh perusak tersebut, dan beberapa oknum, entah siapa, yang menjadi otak perusakan makam sultan yang wafat 12 Juni 1670 itu.
Orang pintar itu juga berpesan agar kontestan pilgub diminta berhati-hati
Kuping Macan Dipotong
Kamis, 24 Mei 2012 dinihari, Makam Raja Gowa XVI, Sultan Hasanuddin dirusak orang tak dikenal. Abdul Khalik sang penjaga makam mengaku, makam sultan baru diketahuinya rusak pada pukul 08.00 pagi, saat sedang melakukan pengecekan rutin terhadap kompleks makam Raja-Raja Gowa yang terletak di Jalan Pallantikang, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa tersebut.
Apa saja yang dirusak?
Dua nisan yang berada di puncak makam diturunkan dengan cara dihantam oleh benda berat; kuat dugaan memakai linggis dan palu godam. Prasasti yang memuat nama sultan pecah menjadi delapan bagian besar, lalu marmer itu dibiarkan terhambur begitu saja di kaki makam. Seolah tidak puas dengan itu, pelaku juga merusak bagian dalam makam dengan mencabut nisan yang menjadi pusara Sultan Hasanuddin. Nisan itu ditemukan tergeletak di samping pendopo, tidak jauh dari makam pahlawan yang bergelar Ayam Jantan dari Benua Timur itu.
Tidak itu saja, bahkan cincin replika yang dikenakan patung Sultan tak luput dari perusakan. Meski tidak berharga, cincin yang terbuat dari fiberglass itu raib dengan cara dicungkil dari jari tengah tangan kiri patung Sultan yang terletak di dalam pendopo. Gembok utama dirusak, bahkan kuping macan putih yang terbuat dari plat baja yang terdapat di pintu masuk makam pun dipotong, entah mau diapakan.
Kalau ingin dicermati secara teliti, kepengecutan yang dilakukan oleh oknum perusak ini sebenarnya bisa dianalisa dengan baik, setidaknya dengan melakukan analisa lapangan secara detil, sehingga bisa diperoleh motif atas apa maksud dan tujuan dilakukannya perusakan terhadap makam Sultan Hasanuddin.
Lokasi makam yang terletak di bukit Tamalate adalah lokasi yang relatif sunyi meski berada di daerah pemukiman warga. Penjagaan pun sudah tidak dilakukan jika malam tiba, saat dimana areal makam mencapai puncak kesunyiannya. Akses untuk masuk ke areal makam pun mudah. Pagar setinggi kurang lebih 150 cm yang mengelilingi makam tidak menjadi penghalang yang berarti bagi siapa saja yang ingin masuk, tak terkecuali anak-anak usia 10 tahun. Dari kenyataan ini, dirusaknya gembok utama hanyalah pengalihan saja. Tujuannya memang cuma satu, merusak makam Sultan. Adapun raibnya cincin di jari patung Sultan dan terpotongnya kuping macan putih, hanyalah upaya pengaburan maksud, agar analisa menjadi tidak tunggal.
Dari tataran ghaib, majalahversi.com berhasil menemui seorang ‘pintar’ yang mengaku diminta sukmanya datang menemui Sultan di makamnya. Hasil percakapan mereka, ‘orang pintar’ yang tidak ingin disebut namanya itu mengaku dititipi pesan oleh Sultan untuk tidak membesar-besarkan masalah ini. Namun keterangan yang bisa diperoleh dari ‘orang pintar’ tersebut antara lain, perusakan dilakukan saat dini hari, yang datang ke makam ada beberapa orang namun yang melakukan perusakan hanya dua orang; agak tua dan seorang lagi masih relatif muda (yang tua cukup berilmu). Orang pintar itu juga berpesan agar kontestan pilgub diminta berhati-hati, namun tidak ingin menyebut nama.
Menuai Kecaman
Uniknya, meski ada beberapa Raja Gowa yang dimakamkan dalam komplek tersebut, bukit pemakaman itu lebih dikenal sebagai “Makam Pahlawan Nasional Sultan Hasanuddin”. Ada 25 situs makam di dalamnya (lima makam besar, enam makam sedang, dan empatbelas makam kecil), delapan di antaranya adalah makam Raja Gowa, yakni
- Sultan Hasanuddin (Raja Gowa XVI)
- Ayah Sultan Hasanuddin: Sultan Malikus Said (Raja Gowa XV);
- Kakek Sultan Hasanuddin: Sultan Alauddin (Raja Gowa XIV);
- Putra Sultan Hasanuddin, Sultan Amir Hamzah (Raja Gowa XVII);
- Cucu Sultan Hasanuddin, Sultan Muhammad Ali (Raja Gowa XVIII);
- Sultan Abdul Jalil (Raja Gowa XIX);
- Karaeng Data Tunibatte (Raja Gowa XI);
- dan Tunatangka Lopi (Raja Gowa VI).
Dari beberapa makam tersebut, hanya makam Sultan Hasanuddin yang dirusak pelaku.
Perbuatan yang memalukan ini jelas menuai kecaman. Warga sekitar makam hingga Perdana Menteri Malaysia (PM) Najib Tun Abdul Razak marah besar. Najib Tun Abdul Razak adalah keturunan Sultan Gowa ke-19 atau cucu langsung dari Sultan Hasanuddin. Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo prihatin dan mengecam aksi pelaku perusakan itu.
"Rusaknya cukup serius. Saya berharap pelakunya bisa ditangkap dan dihukum berat," harap SYL saat meninjau Makam Sultan Hasanuddin, usai salat Jumat, 25 Mei 2012. Beliau juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan tindakan apa pun untuk menyikapi kejadian tersebut. "Percayakan saja kepada polisi. Biarkan polisi bekerja untuk mengungkap kasus ini," katanya lagi.
“Makam Sultan Hasanuddin bukan saja harus dilindungi oleh masyarakat Gowa. Sultan Hasanuddin adalah pahlawan nasional sehingga menjadi milik bangsa dan seluruh warga Indonesia. Karena itu, siapa pun berhak melindungi peninggalan Sultan Hasanuddin sesuai yang diatur oleh negara,” imbuh Gubernur Sulsel ini.
Sementara putra mahkota Raja Gowa XXXVI, Sultan Muhammad Abdul Kadir, Andi Kumala Andi Idjo, tidak menerima makam leluhurnya dirusak. Di lokasi makam, Camat Somba Opu ini mengutuk keras aksi pengecut itu. "Saya yakin ini bukan perbuatan orang Gowa. Orang Gowa tidak mungkin akan berbuat seperti ini," kata Andi Kumala dengan wajah menyembunyikan emosi. Lelaki santun berair muka tenang ini percaya bahwa pelaku pengrusakan itu memiliki tujuan tertentu. Alasannya sederhana, tidak ada sebutir pun benda atau barang pusaka bernilai tinggi yang tersimpan dalam komplek makam, terlebih dalam makam Sultan Hasanuddin. Semua peninggalan berharga kerajaan tersimpan aman di Balla Lompoa.
"Kami dari keluarga keturunan Raja Gowa berharap polisi secepatnya mengungkap dan menangkap pelaku. Karena dia sudah menodai simbol kebanggaan orang Gowa," harapnya.
"Kami dari keluarga keturunan Raja Gowa berharap polisi secepatnya mengungkap dan menangkap pelaku. Karena dia sudah menodai simbol kebanggaan orang Gowa," harapnya.
Kapolres Gowa AKBP Totok S Lisdiarto menegaskan kasus perusakan situs bersejarah ini akan menjadi prioritas utamanya. Penegasan ini disambut baik oleh Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo. Beliau akan menunggu hingga selesainya proses penyelidikan oleh polisi, dan berharap dapat dituntaskan dengan baik.
Perusakan dengan sengaja terhadap cagar budaya sudah diatur dalam undang-undang. Jika tertangkap, Polisi sudah menyiapkan UU No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya kepada pelaku perusakan. Dalam UU tersebut, perusakan benda cagar budaya bisa dipidana dengan ancaman penjara maksimal 15 tahun atau denda Rp100 juta.
Perusakan dengan sengaja terhadap cagar budaya sudah diatur dalam undang-undang. Jika tertangkap, Polisi sudah menyiapkan UU No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya kepada pelaku perusakan. Dalam UU tersebut, perusakan benda cagar budaya bisa dipidana dengan ancaman penjara maksimal 15 tahun atau denda Rp100 juta.
Saya tidak tahu apakah ini firasat atau tanda atau apa, tapi di Rabu dini hari saya bermimpi menjadi Sultan Hasanuddin.
Mengaku Bertemu Sultan
Lalu, adakah firasat atau tanda sebelumnya yang dialami oleh warga sekitar makam, bahwa akan terjadi sesuatu pada makam Sultan? Warga sekitar makam mungkin tidak, tapi warga Sungguminasa yang tinggalnya cukup jauh dari komplek makam, iya.
Tak ingin namanya ditulis, kecuali mengizinkan inisialnya saja yakni JAS, bermimpi melihat dirinya menjadi Sultan Hasanuddin, dan di saat bersamaan melihat sosok Sultan Hasanuddin secara jelas berdiri di depannya.
Tak ingin namanya ditulis, kecuali mengizinkan inisialnya saja yakni JAS, bermimpi melihat dirinya menjadi Sultan Hasanuddin, dan di saat bersamaan melihat sosok Sultan Hasanuddin secara jelas berdiri di depannya.
“Saya tidak tahu apakah ini firasat atau tanda atau apa, tapi di Rabu dini hari saya bermimpi menjadi Sultan Hasanuddin, dan disaat bersamaan melihat beliau berdiri dengan gagah di depan saya,” kisahnya. Menurutnya, wajah Sultan Hasanuddin sangat kharismatik. Wajahnya lebar, tinggi besar, berkumis dan bercambang.
“Tatapan matanya bagai elang, dalam dan lantang. Pancaran wajahnya gagah, berwibawa namun tenang. Beliau betul-betul seorang raja yang memancarkan keberanian,” ungkap lelaki berusia 45 tahun ini. “Sultan memakai baju kebesarannya. Berwarna merah, bersarung hijau, dan memakai penutup kepala berwarna merah pula,” sambung JAS sambil menunjuk patung sultan di dalam pendepo yang memakai penutup kepala khas bangsawan Gowa, ‘passappu’.
JAS menuturkan, tidak satupun patung maupun lukisan wajah Sultan Hasanuddin yang serupa dengan apa yang dilihatnya dalam mimpi, bahkan patung Sultan yang berada di dalam pendopo sekalipun.
“Tatapan matanya bagai elang, dalam dan lantang. Pancaran wajahnya gagah, berwibawa namun tenang. Beliau betul-betul seorang raja yang memancarkan keberanian,” ungkap lelaki berusia 45 tahun ini. “Sultan memakai baju kebesarannya. Berwarna merah, bersarung hijau, dan memakai penutup kepala berwarna merah pula,” sambung JAS sambil menunjuk patung sultan di dalam pendepo yang memakai penutup kepala khas bangsawan Gowa, ‘passappu’.
JAS menuturkan, tidak satupun patung maupun lukisan wajah Sultan Hasanuddin yang serupa dengan apa yang dilihatnya dalam mimpi, bahkan patung Sultan yang berada di dalam pendopo sekalipun.
Bahasanya yang santun dan jelas, pekerja seni ini menceritakan mimpinya dengan raut wajah sedih. Ia lalu menghubungkan mimpinya, sehari sebelum kejadian perusakan itu. Saat bercerita, pengunjung makam ramai mengerumuni JAS, dan menyaksikan bagaimana kulit tangannya merinding saat menceritakan pertemuannya dengan Sultan Hasanuddin. Matanya berkaca-kaca saat menyampaikan ketidakpercayaannya pada pelaku perusakan yang begitu tega merusak makam yang didalamnya berbaring sosok yang dihormati dan dihargai bangsa besar ini.
Saat menjadi sosok Sultan Hasanuddin, dalam mimpinya lelaki gondrong dan berkumis ini melihat ada sosok perempuan cantik berambut panjang, berdiri di sisi kirinya. “Apakah Sultan mengatakan sesuatu?” tanya majalahversi.com.
“Tidak. Beliau hanya menampakkan diri, tapi diam saja. Tidak menampakkan kesedihan, gusar, atau semacamnya. Beliau terlihat gagah sebagaimana raja yang sangat disegani.”
“Cuma itu?”
“Cuma itu… Oh iya, saya sempat meminta sesuatu, dan diberi sarung hijau oleh perempuan itu. Saat terbangun, tidak lama kemudian saya shalat subuh,” kisah JAS. Bulu halus di tangannya masih terlihat merinding.
Makam Sultan Kembali Utuh
Sejak terjadinya perusakan pada Kamis, 24 Mei 2012, petugas cagar budaya sudah melakukan rekonstruksi bagian-bagian makam yang sudah dirusak oleh pelaku. Rekonstruksi tidak mendapat kendala yang serius, sebab bagian-bagian yang dirusak merupakan bongkahan-bongkahan yang cukup besar sehingga mudah disusun kembali.
Sejak terjadinya perusakan pada Kamis, 24 Mei 2012, petugas cagar budaya sudah melakukan rekonstruksi bagian-bagian makam yang sudah dirusak oleh pelaku. Rekonstruksi tidak mendapat kendala yang serius, sebab bagian-bagian yang dirusak merupakan bongkahan-bongkahan yang cukup besar sehingga mudah disusun kembali.
Komplek Raja-Raja Gowa ini sontak menjadi pembicaraan masyarakat dan menjadi padat dipenuhi pengunjung yang ingin melihat langsung kerusakan terhadap makam Sultan Hasanuddin. Namun demi pengamanan dan kemudahan petugas cagar budaya melakukan tugasnya, makam ini sempat ditutup sejak 29 Mei 2012, dan mulai kembali dibuka untuk umum menjelang hari wafatnya Sultan Hasanuddin, 12 Juni 2012.
Kini makam pahlawan nasional Sultan Hasanuddin sudah kembali utuh. Arkeolog dari Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala Sulsel serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gowa berhasil menyusun kembali pecahan-pecahan batu makam Sultan. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gowa, Andi Rimba Alam mengaku, dalam penyusunan batu tersebut digunakan lem batu yang khusus didatangkan dari China. Rekonstruksi makam Sultan Hasanuddin dilakukan tanpa mengubah bentuk aslinya. Bersyukur kita, kata Andi Rimba, seluruh bongkahan makam tidak ada yang hilang.
Cincin patung Sultan Hasanuddin yang berada di pendopo dibuatkan yang baru; yang sebelumnya terbuat dari fiberglass, kini cincin baru itu terbuat dari logam berwarna emas dengan batu bermotif abstrak berwarna coklat tanah. Pemasangan cincin dilakukan langsung oleh Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo dalam acara peringatan wafatnya Sultan Hasanuddin, Selasa 12 Juni 2012. Acara peringatan di bukit Tamalate itu diisi dengan pembacaan riwayat singkat Sultan Hasanuddin, dilanjutkan dengan tabur bunga pada pusara Raja Gowa ke-16 itu dengan khidmat.Kepengecutan tidak tertinggal di masa lalu, tapi ikut hingga di masa sekarang.
Pengecut Tidak Tertinggal
Perusakan makam Sultan setidaknya menyisakan hikmah bahwa, bukan perkara penjagaan yang tidak ketat yang disesalkan tapi penghargaan kita terhadap keberanian melawan kejahatan yang mulai surut. Selain itu, perusakan itu jelas meninggalkan pesan “Kepengecutan tidak tertinggal di masa lalu, tapi ikut hingga di masa sekarang, sampai kapanpun”.
temukan kami di http://www.majalahversi.com