Di tengah pemberitaan negatif mengenai industri kelapa sawit Indonesia, kabar baik datang dari Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Asosiasi Petani Sawit Swadaya Amanah memperoleh sertifikat dari RSPO (Roundtable of Sustainable Palm Oil) untuk pengelolaan kebun kelapa sawit yang berkelanjutan. Sertifikat yang dikeluarkan 29 Juli 2013 ini menjadi yang pertama bagi petani swadaya di Indonesia dan kedua di dunia.
Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian, lebih dari 40% total produksi kelapa sawit Indonesia berasal dari perkebunan rakyat. Di Riau sendiri, sekitar 1,1 juta hektar lahan kebun kelapa sawit dikelola oleh petani dimana 76% diantaranya dikelola oleh petani swadaya. Salah satu hambatan terbesar bagi petani untuk menuju pengelolaan berkelanjutan adalah kurangnya informasi dan pemahaman mengenai teknologi pertanian. Alternatif untuk mengatasi hambatan tersebut adalah melalui peningkatan pengetahuan dan produktivitas petani swadaya. Melalui upaya ini diharapkan perluasan lahan kebun sawit dengan cara tidak lestari dapat ditekan.
“WWF-Indonesia memandang petani swadaya sebagai bagian penting dalam industri sawit di Indonesia. Kami menaruh harapan besar agar program sertifikasi RSPO yang ditempuh Asosiasi Amanah dapat di adopsi lebih luas dan menjadi contoh pengelolaan kebun sawit yang berkelanjutan bagi petani swadaya lainnya di Indonesia,” jelas Dr. Efransjah, CEO dari WWF-Indonesia.
Dengan dukungan dari Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah Riau, RSPO, Carrefour Foundation International dan PT. Inti Indosawit Subur, WWF-Indonesia memfasilitasi pembentukan Asosiasi Petani Sawit Swadaya Amanah sebagai perintis sertifikasi RSPO bagi petani swadaya setelah melalui proses identifikasi yang dilakukan sejak 2011. Sebanyak 349 petani swadaya yang memiliki lahan lebih dari 763 ha di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo bergabung dengan Asosiasi Amanah.
Sambutan positif disampaikan langsung oleh Sekretaris Jenderal RSPO Darrel Webber. “RSPO menyambut baik pencapaian proyek petani swadaya di Indonesia, dimana petani berkontribusi sebesar 40% dari produksi kelapa sawit nasional. Aktivitas petani swadaya berhubungan langsung dengan sumber daya alam sehingga mereka perlu memahami manfaat sertifikasi, misalnya akses terhadap permintaan internasional untuk kelapa sawit berkelanjutan; serta manfaat jangka panjang seperti efisiensi produksi, peningkatan produktivitas dan biaya pengelolaan yang efektif. Inilah yang mendorong kami untuk membuat program RSPO’s Smallholders Fund Initiative, untuk mendukung pembiayaan sertifikasi petani swadaya.”
Manfaat langsung telah dirasakan oleh petani anggota, seperti diungkapkan oleh Haji Sunarno, Manager Asosiasi Amanah, “Sebelum pelatihan diberikan, produksi rata-rata petani 20 ton tandan buah segar (TBS) per tahun. Dalam empat bulan pertama setelah pelatihan, hasil meningkat dengan proyeksi lebih dari 24 ton per tahun. Perlu dicatat empat bulan pertama ini adalah musim kering, sehingga produktivitas lebih rendah, tapi tetap saja hasilnya lebih baik daripada sebelumnya,” ungkap Sunarno.
Melalui pelatihan implementasi prinsip dan kriteria RSPO, petani swadaya memperoleh pemahaman mendalam mengenai lingkungan hidup. “Faktor lingkungan menjadi pertimbangan anggota Amanah dalam perluasan kebun kelapa sawit. Mereka hanya akan memperluas lahan ke kawasan yang diperuntukkan bagi perkebunan, bukan kawasan bernilai konservasi tinggi maupun daerah perlintasan satwa,” lanjut Sunarno.
Menurutnya, 132 petani swadaya lainnya telah menyatakan keinginan mereka untuk bergabung dengan RSPO melalui Amanah. “Pada awalnya mereka meragukan manfaat yang diberikan oleh sertifikasi RSPO. Setelah mereka melihat peningkatan kemampuan dan produktivitas anggota Amanah, mereka tergerak untuk bergabung dengan kami, sebagai petani swadaya yang tersertifikasi oleh RSPO.”
Catatan Editor:
- Asosiasi Petani Sawit Swadaya Amanah adalah badan hukum beranggotakan 349 petani swadaya yang dibentuk oleh WWF-Indonesia dan didaftarkan ke RSPO dalam mekanisme sertifikasi -kelompok. Anggota asosiasi ini memiliki lahan di luar Taman Nasional Tesso Nilo. Peta lokasi kebun anggota kelapa sawit Amanah dapat diunduh di link berikut: https://www.dropbox.com/s/ nosb76lr8y2cxc4/Map%20of% 20amanah%20location.pdf
- RSPO Smallholders Support Fund (RSSF) adalah skema bantuan dana yang diperuntukkan bagi petani kelapa sawit di seluruh dunia. RSSF diperkenalkan sebagai wujud kesadaran akan penting dan dominannya peran petani di sektor industri minyak sawit dalam mempromosikan dan meningkatkan produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Bersertifikat atau Certified Sustainable Palm Oil (CSPO), sehingga transformasi pasar dapat diwujudkan. Informasi lebih lanjut mengenai RSSF bisa dilihat dihttp://www.rspo.org/en/rspo_ smallholder_support_fund
- Provinsi Riau adalah produsen terbesar kelapa sawit di Indonesia dengan produksi sebesar 5,7 juta ton (data Kementerian Pertanian 2011). Dari 2,1 juta hektar perkebunan di Riau, 1,1 juta hektar dimiliki oleh petani swadaya, baik plasma (terafiliasi dengan perusahaan besar) maupun petani swadaya.
- Hasil survey lapangan WWF menunjukkan kawasan hutan, baik hutan lindung maupun konsesi hutan yang tidak aktif menjadi sasaran utama perluasan kebun kelapa sawit. Dari sekitar 83.000 hektar Taman Nasional Tesso Nilo, sekitar 30.000 hektar telah dirambah untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit.
- Foto konferensi pers “Pertama di Indonesia, Petani Sawit Swadaya Menerima Sertifikasi RSPO” yang berlangsung di tanggal 1 Agustus 2013 di Jakarta, dapat diakses melalui link http://bit.ly/1aXUbaV, dan dapat digunakan dengan menggunakan copyright ©WWF-Indonesia.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Irwan Gunawan, Deputy Director Market Transformation Initiative, WWF-Indonesia - Email: igunawan@wwf.or.id, Hp: +62 8128748535
Annisa Ruzuar, Communication Coordinator Market Transformation Initiative, WWF-Indonesia - Email: asruzuar@wwf.or.id, Hp: +62 81320044343