“Sebuah Refleksi Bersama tentang Keterancaman Orangutan dan Habitatnya Saat ini”
Tanggal (19/8) kemarin, diperingati sebagai hari orangutan sedunia. Sebuah keprihatinan, perhatian dan kepedulian akan nasib hidup orangutan dan habitatnya saat ini menuai berbagai ancaman, yang menjadi cikal bakal peringatan hari orangutan sedunia perlu untuk diperingati.
Peserta Aksi dalam Street Action, Hari Orangutan Se Dunia. Membagikan stiker, poster dan bibit pohon |
Sejak dari dulu, nasibmu orangutan selalu terancam dan terus terusik dari tempat di mana mereka tinggal dan hidup. Hutan sebagai habitat, tempat hidup dan rumah mereka semakin kian terkikis habis akibat pembukaan lahan berupa hutan dan lahan semakin merajalela yang membuat nasibmu (orangutan-red) kian malang dan terus tergusur. Dua pulau, Sumatera dan Kalimantan menjadi tempat hidup dari orangutan, sedangkan di wilayah lainnya tidak terdapat habitat hidup orangutan. Langkah kecil, perhatian dari beberapa pihak yang peduli menjadikan sebuah kesepakatan muncul gagasan ini (peringatan hari orangutan sedunia-red), sedikit saja perhatian, menjadi sebuah pilihan. Mengingat, ancaman terus terjadi berkaitan dengan semakin berkurangnya habitat sebagai tempat hidup berupa hutan akibat aktivitas manusia berupa perluasan areal (lahan-red) untuk perkebunan, pertambangan, pertanian, perburuan, pembalakan liar dan pembangunan.
Bibit 1000 pohon, dibagikan dalam rangka hari orangutan se dunia |
Keterancaman hidup dan habitat hidup orangutan saat ini, sudah sejatinya menjadi perhatian bersama dan semua pihak. Rentetatan berbagai kasus pembunuhan, hilangnya tempat hidup berupa hutan menjadi orangutan kian terdesak, terancam, mati terbunuh dan diambang kepunahan semakin sering terjadi di dua wilayah ini (Pulau Sumatera dan Kalimantan-red). Kasus pembantaian orangutan di Kaltim, tewasnya orangutan di areal perkebunan di Sumatera dan di selamatkannya orangutan Pelansi dari jerat pemburu di dusun Pelansi, Kuala Satong Ketapang serta beberapa kasus pemiliharaan, perdagagangan dan jual beli satwa langka ini. Rentetan dari beberapa kasus ini merupakan sedikit dari sekian banyak kasus yang mungkin luput dari pantauan secara kasat mata. Penegakan hukum bagi pelaku pembunuhan dan pembantaian belum sampai pada meja hijau sebagai pemberi efek jera yang belum sepenuhnya berjalan.
Saat pembagian bibit pohon, foto doc. FFI |
Berdasarkan data, di Kalimantan Barat, Selain ancaman terhadap habitat Orangutan, juga berdasarkan monitoring yang dilakukan Yayasan Palung pada tahun 2012 (Januari-November 2012) terutama di wilayah pesisir, teridentifikasi 10 kasus pemeliharaan Orangutan di pemukiman masyarakat. Ada beberapa kasus pemeliharaan Orangutan di pemukiman masyarakat yang berbatasan langsung dengan areal perkebunan sawit, bahkan ada beberapa individu Orangutan yang berasal dari areal perkebunan sawit. Khusus di Kabupaten Ketapang, tahun 2012, setidaknya ada 17 orangutan yang diselamatkan baik dari tangan masyarakat maupun dari kawasan perusahaan (data monitoring bersama Yayasan Palung dan IAR, 2012).
Potret lainnya juga terjadi pada nasib satwa lainya tidak hanya orangutan, keterancaman burung enggang untuk diburu paruhnya, bekantan diburu untuk di konsumsi, harimau di kulit diambil kulitnya dan beberapa satwa lainnya seperti trenggiling yang terus diburu diambil sisiknya, kejahatan tersebut terjadi pada pertengahan tahun dan penghujung tahun 2012.
Pada Senin kemarin (15/7/13), ditemukan kasus kematian Gajah bernama Genk, Genk ditemukan tewas mengenaskan terkena jerat tomka di Aceh Jaya, gadingnya diambil. (sumber berita, mongabay.co.id).
Lima individu orangutan terjebak di di kawasan yang berhutan di dekat Desa Miau Baru, Kecamatan Kong Beng, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Kelima orangutan ini terdesak dan tidak bisa berpindah tempat, setelah sekeliling mereka kini gundul. Dari laporan lapangan yang disampaikan oleh Centre for Orangutan Protection, kelima orangutan ini terdesak akibat aktivitas sebuah perusahaan kelapa sawit, (21 juli 2013, data COP). Mungkin juga rentetan kasus-kasus serupa ada terjadi di beberapa daerah lainnya tanpa terekspos media.
Peserta Aksi dalam Street Action, Orasi di Bundaran Agoes Djam, Ketapang, Kalbar, dalam rangka memperingati Hari Orangutan Se Dunia |
Sebuah keprihatinan memang, jumlah lahan yang ada tidak bertambah jumlahnya. Sementara pembukaan lahan semakin sulit diredam. Perambahan hutan secara legal dan ilegal di beberapa kawasan di berbagai penjuru di Negeri ini semakin memperparah dari nasib satwa dan tumbuh-tumbuhan yang semakin sulit bertahan hidup akibat terus digusur dan terjebit.
Memperingari hari orangutan sedunia diperingati di Kalimantan, khususnya di Kabupaten Ketapang dan KKU. Adapun rangkaian kegiatan untuk menyemarakan hari orangutan sedunia ini dilakukan, seperti kegiatan street action (aksi di jalan, dengan berjalan dan melakukan orasi) bertempat di bundaran, RS. Agoes Djam, Ketapang. Rangkaian kegiatan seperti pembagian stiker dan poster orangutan, pembagian bibit pohon, 1000 bibit (trembesi dan tanjung), dilaksanakan kemarin (19/8), berbagai instansi, lembaga pencinta lingkungan seperti YIARI, Yayasan Palung, FFI, Dishut dan BKSDA SKW1 Ketapang, Relawan Tajam Yayasan Palung, Sispala dari sekolah-sekolah yang ada di Ketapang dan beberapa teman SYLVA Untan ikut andil memperingati hari orangutan sedunia, peringatan hari orangutan sedunia, juga diikuti oleh pihak-pihak seperti, LSM K3, SYLVA UNTAN, MANGGALA AGNI, BASARNAS dan KPC. Antusias dari para pencinta lingkuan ini sebagai bagian dari kebersamaan untuk peduli pada nasib orangutan saat ini.
Sedangkan rangkaian kegiatan lainnya, (23/8), diadakan serangkaian penyuluhan kepada masyarakat tentang orangutan di Dusun Cali, Pangkalan Teluk, Tayap dan di Dusun Manjau, Desa Laman Satong. Pemutaran film lingkungan untuk penyadaran, Puppet Show (panggung boneka orangutan-red) dan Lecure (ceramah lingkungan-red) di sekolah-sekolah, diadakan, (24-25/8/2013). Selanjutnya, pada (4-5/9/2013), direncanakan ikut serta dalam workshop tentang Orangutan dengan pembangunan, kegiatan ini diadakan oleh Pemkab, Dinas Kehutanan, KKU.
Tito P. Indrawan, Direktur Lapangan, Yayasan Palung, menegaskan; peringatan hari orangutan sedunia yang di gagas pada tanggal 19 Agustus, menjadi sebuah arti dan perenungan kita bersama. Hidup orangutan sama seperti manusia, orangutan juga memiliki hak untuk dijaga, memiliki rasa untuk aman dan nyaman oleh semua tanpa terkecuali, kalau bukan kita manusia siapa lagi yang peduli. Sejatinya, hari orangutan diperingati setiap hari.
Keterancaman habitat dan populasi orangutan saat ini, sudah sangat memprihatinkan. Semakin terkikisnya hutan, menjadikan orangutan semakin sulit bertahan di rumah mereka, tempat mereka tinggal dan hidup.
Sebuah harapan sejatinya sangat diperlukan perencanaan yang matang dan bijak dalam penggunaan lahan yang terbatas tersebut agar dapat mengakomodir semua kepentingan, kepentingan untuk usaha maupun kepentingan konservasi. Artinya, semakin banyak aktivitas yang berkaitan langsung dengan habitat orangutan maka akan mengganggu populasi orangutan dan satwa lainnya di dalam kawasan hutan sebagai rumah dan tempat hidup mereka.
Orangutan semakin terusik, semakin terancam, sebuah kepedulian bersama menjadi sebuah harapan jika hutan dan orangutan bisa tetap lestari. Selamat hari orangutan sedunia. Semoga semua pihak mau dan mampu berperan, tumbuh minat dan kesadaran untuk sedikit peduli terhadap orangutan, hutan dan lingkungan sekitar. Sisakan sedikit hutan untuk Orangutan sebagai titipan penciptan dan lelulur. Jika tidak kita semua yang peduli, siapa lagi, sebelum terlambat.
By : Petrus Kanisius “Pit”- Yayasan Palung