Bagi temen-temen yang belum tau, Tanah Toraja (Tator) merupakan salah satu objek wisata andalan propinsi Sulawesi Selatan. Toraja mempunyai adat istiadat terkenal yaitu UPACARA KEMATIAN. Nah...
yang akan saya bahas pada postingan kali ini yaitu tradisi mayat
berjalan di Toraja. Tujuan saya memposting artikel ini yaitu untuk
menyampaikan informasi yang benar mengenai tradisi mayat berjalan di
Toraja karena saya sering mendengar cerita yang keliru tentang tradisi
tersebut, dan tujuan lain saya tidak lain untuk memperkenalkan budaya
Tanah Toraja kepada teman-teman yang belum tau sama sekali mengenai
adat istiadat Toraja terutama teman-teman saya di prodi Bisnis
Pariwisata-Universitas Brawijaya Malang.
Sejarah Mayat Berjalan :
Berikut merupakan artikel jadul yang di tulis berdasarkan pengalaman seseorang, dibuat pada 19 Februari 1972 yang di posting oleh torajacybernews.blogspot.com. Namun saya hanya mengambil beberapa paragraf dari artikel tersebut, bunyinya :
Konon menurut Tampubolon, sang majat berdjalan kaku dan agak tersentak-sentak. Dan dalam perdjalanan itu ia tidak bisa sendirian, harus ditemani oleh satu orang hidup jang mengawalnja, sampai ketudjuan achir jaitu rumahnja sendiri. Mengapa harus demikian?
Tjeritanja begini. Orang-orang Toradja biasa mendjeladjah daerahnja jang bergunung-gunung dan banjak tjeruk itu hanja dengan berdjalan kaki. Dari zaman purba sampai sekarang tetap begitu. Mereka tidak mengenal pedati, delman, gerobak atau jang sematjamnja. Nah dalam perdjalanan jang berat itu kemungkinan djatuh sakit dan mati selalu ada. Supaja majat tidak sampai ditinggal didaerah jang tidak dikenal (orang Toradja menghormati roh setiap orang jang meninggal) dan djug supaja ia tidak menjusahkan manusia lainnja (akan sangat tidak mungkin menggotong terus-menerus djenazah sepandjang perdjalanan jang makan waktu berhari-hari), maka dengan satu ilmu gaib, mungkin sedjenis hipnotisme menurut istilah saman sekarang, majat diharuskan pulang berdjalan kaki dan baru berhenti bila ia sudah meletakkan badannja didalam rumahnja sendiri. Dan bajangkan sadja, majat itu tahu arah djalan, dan tahu jang mana rumahnja! Kendati demikian masih ada satu pantangan: majat jang berdjalan itu tidak boleh disentuh. Mungkin kalau disentuh mukdjizat jang menjunglapnja dengan serta merta hilang. Wallahu'alam.
Dari potongan artikel di atas dapat di ketahui bahwa mayat di beri semacam mantra atau hipnotis agar dapat pulang ke rumahnya tanpa menyusahkan orang lain. Dari desas desus yang beredar, masih ada masyarakat asli Toraja yang mempunyai kemampuan tersebut yang mampu menghipnotis mayat agar dapat berjalan namun kemampuan tersebut di gunakan pada hewan yang sudah meninggal seperti ayam, kerbau, dll.
Sampai sekarang tradisi ini masih ada dan bertahan, namun ritualnya berbeda. Setiap tiga tahun sekali kuburan leluhur mereka sengaja digali dan dikeluarkan dari peti, untuk didandani dan diarak keliling kampung. Uniknya, jasad mayat ini masih tetap utuh walaupun tidak diberi balsam atau jenis pengawet lainnya. Menurut kepercayaan setempat, arwah para leluhur masih tersimpan dalam tubuh mayat tersebut. Mereka masih ‘’hidup” dan mengawasi keturunannya dari ‘tempat’ yang lain. Perhatikan gambar di bawah ini :
Dalam ritual tersebut, mayat yang telah dikeluarkan dari peti akan diberi bedak dan dipakaikan gaun layaknya pergi ke sebuah pesta meriah. Selanjutnya, mayat ini diarak keliling kampung oleh beberapa anggota keluarganya. Kabarnya, mayat tersebut masih bisa berdiri tegak di atas kakinya sendiri, seakan ada kekuatan gaib yang menopangnya.
by : reski amalyah
Sejarah Mayat Berjalan :
Berikut merupakan artikel jadul yang di tulis berdasarkan pengalaman seseorang, dibuat pada 19 Februari 1972 yang di posting oleh torajacybernews.blogspot.com. Namun saya hanya mengambil beberapa paragraf dari artikel tersebut, bunyinya :
Konon menurut Tampubolon, sang majat berdjalan kaku dan agak tersentak-sentak. Dan dalam perdjalanan itu ia tidak bisa sendirian, harus ditemani oleh satu orang hidup jang mengawalnja, sampai ketudjuan achir jaitu rumahnja sendiri. Mengapa harus demikian?
Tjeritanja begini. Orang-orang Toradja biasa mendjeladjah daerahnja jang bergunung-gunung dan banjak tjeruk itu hanja dengan berdjalan kaki. Dari zaman purba sampai sekarang tetap begitu. Mereka tidak mengenal pedati, delman, gerobak atau jang sematjamnja. Nah dalam perdjalanan jang berat itu kemungkinan djatuh sakit dan mati selalu ada. Supaja majat tidak sampai ditinggal didaerah jang tidak dikenal (orang Toradja menghormati roh setiap orang jang meninggal) dan djug supaja ia tidak menjusahkan manusia lainnja (akan sangat tidak mungkin menggotong terus-menerus djenazah sepandjang perdjalanan jang makan waktu berhari-hari), maka dengan satu ilmu gaib, mungkin sedjenis hipnotisme menurut istilah saman sekarang, majat diharuskan pulang berdjalan kaki dan baru berhenti bila ia sudah meletakkan badannja didalam rumahnja sendiri. Dan bajangkan sadja, majat itu tahu arah djalan, dan tahu jang mana rumahnja! Kendati demikian masih ada satu pantangan: majat jang berdjalan itu tidak boleh disentuh. Mungkin kalau disentuh mukdjizat jang menjunglapnja dengan serta merta hilang. Wallahu'alam.
Dari potongan artikel di atas dapat di ketahui bahwa mayat di beri semacam mantra atau hipnotis agar dapat pulang ke rumahnya tanpa menyusahkan orang lain. Dari desas desus yang beredar, masih ada masyarakat asli Toraja yang mempunyai kemampuan tersebut yang mampu menghipnotis mayat agar dapat berjalan namun kemampuan tersebut di gunakan pada hewan yang sudah meninggal seperti ayam, kerbau, dll.
Sampai sekarang tradisi ini masih ada dan bertahan, namun ritualnya berbeda. Setiap tiga tahun sekali kuburan leluhur mereka sengaja digali dan dikeluarkan dari peti, untuk didandani dan diarak keliling kampung. Uniknya, jasad mayat ini masih tetap utuh walaupun tidak diberi balsam atau jenis pengawet lainnya. Menurut kepercayaan setempat, arwah para leluhur masih tersimpan dalam tubuh mayat tersebut. Mereka masih ‘’hidup” dan mengawasi keturunannya dari ‘tempat’ yang lain. Perhatikan gambar di bawah ini :
Dalam ritual tersebut, mayat yang telah dikeluarkan dari peti akan diberi bedak dan dipakaikan gaun layaknya pergi ke sebuah pesta meriah. Selanjutnya, mayat ini diarak keliling kampung oleh beberapa anggota keluarganya. Kabarnya, mayat tersebut masih bisa berdiri tegak di atas kakinya sendiri, seakan ada kekuatan gaib yang menopangnya.
by : reski amalyah