Dalam rangka Hari Bumi
tanggal 22 April 2013 lalu, saya bersama beberapa teman dari
Jalan-Jalan Seru Makassar bergabung bersama teman-teman di Selayar untuk
melaksanakan beberapa kegiatan, sekaligus melakukan penjelajahan di
beberapa destinasi di sekitar kota Benteng ibukota kabupaten kepulauan
selayar. Perjalanan kami terlaksana berkat bantuan dari beberapa
sponsor, antara lain @Browcyl_MKS @MksWedding999 @KawaliAdvTours @RiaMirandaMKSR @le_jameela @patrick_icc @donatmamaci @MksPromo @tempegila_mks @MksrJeansHouse @BengkelKaos dan @sushibizkid. Inilah beberapa kegiatan Hari Bumi di Selayar:
Bersih-bersih pantai di Plaza Marina |
Hari pertama
Bertempat di Plaza
Pantai Marina, yang merupakan jantung kota Benteng, berdampingan denga
alun-alun kota, dilaksanakan “Bersih-bersih Pantai” yang melibatkan
beberapa SKPD di lingkup pemerintahan kabupaten kepulauan Selayar serta
beberapa instansi swasta, komunitas dan juga anggota TNI/POLRI. Kegiatan
Bersih Pantai dilaksanakan dari pukul 06.30 sampai pukul 09.00 kemudian
dilanjutkan dengan penanda tanganan petisi “JAGA DAN LESTARIKAN WISATA
ALAM DAN BAWAH LAUT SELAYAR” oleh Bapak wakil Bupati Selayar, Kapolres
Selayar, Wakapolres Selayar dan beberapa tokoh masyarakat Selayar.
Bapak Wakil Bupati Selayar ikut menanda tangani petisi |
Setelah Bersih Pantai,
kegiatan kami lanjutkan di dusun Tulang desa Barugaia kecamatan
Bontosunggu. Di dusun Tulang ini teman-teman yang tergabung dalam Sileya
Scuba Divers (SSD) Selayar sedang merintis proyek percontohan “Kampung Penyu”,
karena pantai dusun Tulang merupakan salah satu pantai favorit bagi
penyu untuk bertelur di musim bertelur di bulan April sampai Juli. Warga
di dusun Tulang menjadikan kegiatan mencari telur penyu sebagai mata
pencaharian sampingan saat musim bertelur penyu. Ada pun usaha dari
teman-teman SSD Selayar adalah merangkul warga dusun Tulang untuk
sama-sama menetaskan telur penyu sekaligus merawatnya sebelum nantinya
di rilis ke laut lepas, melestarikan keberadaan penyu, menyadarkan warga
agar tidak lagi menangkap, menjual atau mengkomsumsi penyu. Dari proyek
“Kampung Penyu” tersebut diharapakan akan menjadi contoh untuk
warga-warga di kampung lain yang masih menjadikan penyu sebagai jualan.
Di dusun Tulang, kami menanam beberapa pohon cemara laut, dimana untuk
mendapatkan 1 pohon cemara laut kami harus mendonasikan beberapa uang
yang nantinya akan digunakan untuk operasional warga yang menjaga proses
penetasan telur penyu. Setelah menanam pohon cemara laut, selanjutnya
kami diberi kesempatan untuk ikut menanam 100 butir telur penyu di dalam
demplot, sesuai perkiraan bahwa telur tersebut akan menetas selama 60 hari atau pada tanggal 9 Juni 2013.
Bersama warga “Kampung Penyu” dusun Tulang dan SSD Selayar
Perjalanan kami lanjutkan untuk mengeskplore beberapa potensi wisata Selayar, ditemani oleh bapak Sharben,
beliau adalah salah satu putra asli Selayar yang tau banyak tentang
seluk beluk daerah ini. Dimulai dengan mengunjungi bekas istana
Putabangun yaitu kerajaan pertama di Selayar, di bekas istana ini juga
ada makam dari Rilajudie’ Tanridie (anak kedua Sawerigading, adik dari Lagaligo) serta makam suaminya Lalaki Sigayya. Makam Rilajudie” Tanridie persis berdampingan dengan makam Lalaki Sigayya, meski makam Lalaki Sigayya terlihat lebih panjang dari makam Rilajudie” Tanridie,
panjang makamnya sekitar 3 meter sampai 3,5 meter. Makam ini terletak
di dusun Bonto-Bonto, sekitar 7 KM arah timur dari kota Benteng dengan
kondisi jalan yang 80% trekking. Setelah berziarah di makam tersebut
perjalanan kami lanjutkan menuju kampung Huluk, di sini terdapat sebuah
bangunan mencolok yang tampak berbeda dengan bangunan-bangunan lain di
kampung Huluk. Tepat di sebuah puncak bukit berdiri kokoh sebuah villa
milik sang “manajer satu miliyar” yang juga mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara
bapak Tanri Abeng, di kampung Huluk inilah beliau di lahirkan. Villa
keluarga beliau tampak kurang terawat, beberapa lembar atap seng
berjatuhan, mungkin akibat tiupan angin dari musim barat dan musim
timur. Dari villa tersebut kita bisa menyaksikan bentangan laut Flores
di sebelah barat dan pantai timur Selayar serta laut Banda di timur.
Dari villa ini kita bisa menyaksikan sunrise dan sunset hanya dari satu
tempat tanpa harus beranjak ke tempat lain. Sayang, saat kami dating
cuaca sedang tidak bersahabat, dari pesisir timur tampak awan hitam yang
terus menebal dan mendekati villa, sampai akhirnya semua pemandangan
indah tertutup oleh kabut dan angin kencang.
Makam Rilajudie’ Tanridie dan suaminya Lalaki Sigayya
Kami menghabiskan
sekitar 3 jam di villa, setelah tidur siang sambil menikmati sejuknya
hawa kampungk Huluk kami pun bergegas kembali ke kota untuk menyaksikan
sunset di pantai palaza Marina.
Di halaman villa Bapak Tanri Abeng di kampung Huluk
Hari kedua
Berkunjung ke Selayar rasanya tak lengkap bila tidak mencicipi nasi santan. Yaa itulah “ritual wajib” yang diajarkan oleh Om Sharben
saat pagi di Selayar. Salah satu tempat yang pas untuk menikmati nasi
santan adalah di kawasan pusat pertokoan jalan Soekarno Hatta, sebuah
warung tenda kecil yang konon hanya buka sampai pukul 9 pagi, kenapa?
Karena laris manis. Selain karena harganya yang terjangkau, lauk ikan
yang disajikan beraneka ragam serta yang paling maknyus adalah sambel belimbing khas Selayar.
Pukul 10 pagi,
petualangan hari kedua kami mulai, tujuan kami adalah snorkeling di
Leang Kareta. Untuk menuju ke Leang Kareta sebenarnya bisa lewat pantai
Plaza Marina, tapi agar lebih cepat dan lebih murah maka kami diarahkan
untuk menyeberang lewat kampung Padang di selatan kota Benteng. Di
dermaga Padang kami bertemu dengan salah seorang penyedia jasa “ojek perahu” bernama Daeng Silolo atau biasa dipanggil DenSi. Setelah tawar menawar harga kami pun memulai pelayaran dengan perahu kecil milik Densi.
Sekitar 30 menit perjalanan, kami pun tiba di pantai Leang Kareta,
pantai yang eksotik, dengan tebing batu kokoh seakan membentengi pantai
yang hanya membentang sekitar 100 meter. Pantainya yang landai serta
pasirnya yang halus dan putih, ditambah airnya yang jernih membuat
pantai Leang Kareta semakin eksotik. Saat musim barat atau di penghujung
musim barat seperti ini, pantai Leang Kareta sedikit tercemari oleh
sampah-sampah yang dibawa oleh gelombang dari laut Flores.
Pantai Leang Kareta
Sekitar 500 meter dari
bibir pantai Leang Kareta terdapat spot untuk snorkeling,
visibility-nya yang bagus, karang-karangnya yang masih terjaga serta
ratusan spesies ikan yang hilir mudik tanpa ragu di sekitar kita. Spot
ini sangat cocok bagi diver pemula, kedalamannya bisa “request” ke Densi, mau yang 3 meter? 5 meter? Densi dengan senang hati menunjukkan spotnya.
Pantai Leang Kareta dan Leang Tarrusu
Puas ber-snorkling di Leang Kareta, Densi membawa kami menuju ke pantai Leang Tarrusu, yang unik dari pantai ini adalah adanya sebuah lubang besar (dalam bahasa Selayar disebut Tarrusu)
yang menembus dinding batu tepat diatas air, saat senja tiba sangat
tepat mengambil view sunset melalui lubang tersebut. Tak jauh dari
pantai Leang Tarrusu juga ada spot snorkeling yang dangkal, kedalamannya
tak lebih dari 3 meter, namun koleksi ikan dan karangnya tak kalah
dengan dengan spot Leang kareta.
Matahari mulai condong ke barat, penjelajahan kami di Leang Kareta dan Leang Tarrusu harus kami akhiri, Densi pun mengarahkan perahu kecilnya menuju ke timur ke kampung Padang.
Malam hari, kegiatan
kami lanjutkan di Kafe Tempat Biasa, kafe tempat berkumpulnya
teman-teman SSD Selayar, kebetulan hari itu merayakan ulang tahunnya
yang kedua. Suasana penuh keakraban terasa di kafe ini. Semua terasa
seperti keluarga meski kami baru berkenalanan di tempat tersebut. Pukul
10 malam, kemeriahan pesta kecil di Kafe Tempat Biasa terpaksa kami
tinggalkan. Kami menuju ke dusun Tulang untuk menunggu kesempatan
melihat sang penyu bertelur di pantai, ini adalah kesempatan yang sangat
mahal bagi kami, seumur hidup saya belum pernah menyaksikan secara
langsung penyu bertelur.
Tapi apa boleh buat,
kami harus menelan kekecewaan, setelah menunggu sekian lama sang penyu
tak kunjung naik ke pantai untuk bertelur. Dengan penuh kecewa
perjalanan kami lanjutkan ke dermaga fery Pamatata untuk menunggu
penyeberangan ke Bira jam 8 pagi.
Sungguh pengalaman
yang sangat berharga bisa merayakan Hari Bumi dengan kegiatan-kegiatan
positif bersama sahabat-sahabat di Selayar. Terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada seluruh sponsor yang sudah membantu Ekpedisi
Hari Bumi Selayar, terima kasih kepada @Browcyl_MKS @MksWedding999 @KawaliAdvTours @RiaMirandaMKSR @le_jameela @patrick_icc @donatmamaci @MksPromo @tempegila_mks @MksrJeansHouse @BengkelKaos dan @sushibizkid
Author: @rerealfareezy
Photos by: @rerealfareezy @enal_18
trim's plh Indonesia