Hutan Kalimantan masih asri, mari jaga dan lestarikan |
OPINI Sobat~Tujuh fungsi penting dalam Heart of Borneo yaitu
tutupan hutan, kelimpahan biodiversitas, menara air, kelerengan kawasan,
penyimpan karbon, sosial-budaya, dan ekowisata.
Program Heart of Borneo
(HoB), inisiatif lintas batas kawasan, miliki dua misi utama yaitu konservasi
dan pembangunan berkelanjutan. Pemerintah selanjutnya bekerja sama dengan
berbagai pihak dan mitra yakni lembaga terkait, organisasi non-pemerintah, kelompok
masyarakat.
Seperti disebutkan
dalam rencana aksi Heart of Borneo Strategic Plan of Action (HoB SPA),
konservasi dilakukan untuk meningkatkan kelestarian kawasan-kawasan seperti
taman nasional, hutan lindung, cagar alam, dan suaka margasatwa. Peran kawasan
lindung juga dianggap sangat penting dalam upaya mempertahankan fungsi dan
potensinya, sehingga pengelolaan secara efektif menjadi penting melalui
konservasi kekayaan keanekaragaman hayati.
Di luar kawasan
konservasi itu, dilakukan pengelolaan berbasis pembangunan berkelanjutan yaitu
hutan lestari, pertanian berkelanjutan dan praktik-praktik pengelolaan yang
lebih baik.
Luas kawasan di tiga
negara (Malaysia, Brunei Darussalam, dan Indonesia) meliputi area seluas lebih
kurang 23 juta hektare yang secara ekologis saling berhubungan. Dan, 72
persennya merupakan wilayah Indonesia yang didominasi oleh hutan hujan tropis.
Pada deklarasi HoB
tahun 2007, kawasan mencakup sepuluh kabupaten di tiga provinsi: Kalimantan
Barat, Kalimanatan Tengah, serta Kalimantan Timur. Bulan Maret 2008, Pemerintah
Indonesia juga mengeluarkan PP No. 26/2008 yang mencanangkan HoB sebagai
Kawasan Strategis Nasional (KSN) di Indonesia.
Saat kegiatan dalam
rangka Hari Bumi yang lalu (26/4), di Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan
Barat, Bupati Kapuas Hulu AM. Nasri menyatakan kembali berbagai upaya tetap
dilakukan untuk melestarikan kawasan HoB yang memiliki fungsi dan daya dukung
lingkungan, seperti kesepakatan sejak enam tahun lalu.
diupayakan untuk
melestarikan lingkungan.
Kawasan ini memiliki
setidaknya tujuh fungsi penting, yaitu tutupan hutan, kelimpahan biodiversitas,
menara air, kelerengan kawasan, penyimpan karbon, sosial-budaya, serta
ekowisata.
HoB kaya akan
keanekaragaman hayati, sekitar 40-50 persen jenis flora dan fauna di dunia
dapat ditemukan di Borneo. Dalam kurun 10 tahun, antara 1994 dan 2004, terakhir
ditemukan sekitar 361 spesies baru baik flora maupun fauna.
Spesies baru telah
diidentifikasikan tersebut terdiri dari 260 jenis serangga, 30 ikan air tawar,
tujuh katak, enam kadal, lima kepiting, dua ular, dan satu kodok. Belum
termasuk ribuan tanaman endemik yang belum diteliti secara mendalam.
Salah satu fungsi
penting yang lain yaitu sebagai menara air. Sebanyak 14 dari 20 sungai utama di
pulau ini berhulu di kawasan HoB, seperti Sungai Barito, Sungai Kapuas, Sungai
Mahakam, dan lainnya. HoB pun merupakan rumah dan sumber penghidupan bagi
masyarakat lokal. Secara ekonomi, sosial budaya, mereka bergantung pada hutan
untuk pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari, obat-obatan, sarana tempat
tinggal dan ritual adat.
Oleh karena itu,
masyarakat adat merupakan pelaku penting di dalam HoB. Perannya sangat
dibutuhkan. Setiap bentuk kegiatan pengelolaan perlu melibatkan peran serta
dukungan masyarakat. Tujuannya tak lain untuk mendorong rasa memiliki dan
tanggung jawab atas keberlangsungan sumber daya alam di tempat mereka, dan
supaya masyarakat mengetahui hak serta kewajibannya.
Saat ini hutan yang
tersisa di Borneo adalah tidak lebih dari 60 persen, dikarenakan kegiatan
penebangan hutan liar dan konversi secara besar-besaran selama dekade terakhir.
Pengelolaan kawasan HoB dapat membantu memberikan kepastian akan keberlanjutan
hutan di Borneo bagi generasi sekarang dan generasi mendatang. Pemerintah
berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen pada tahun
2020.
Sumber: National
Geographic Indonesia