TUMPUKAN sampah kiriman yang mengendap di pintu air, namun tak terlihat seorang petugas yang bekerja di pintu air Manggarai, Jakarta Selatan, Minggu (23/12). Sampah yang mengendap di pintu air ini merupakan kiriman dari dari pintu air Katulampa Bogor, apabila tidak segera di bersihkan akan dapat menimbulkan aliran air tersumbat sehingga menyebabkan banjir.
|
Apabila tidak segera di bersihkan akan dapat menimbulkan aliran air tersumbat sehingga menyebabkan banjir |
|
Sampah yang mengendap di pintu air ini merupakan kiriman dari dari pintu air Katulampa Bogor |
|
Tumpukan sampah kiriman yang mengendap di pintu air, namun tak terlihat seorang petugas yang bekerja di pintu air Manggarai |
|
Pintu Air, Manggarai, Jakarta kondisi sampahnya sangat memprihatinkan. Permukaan air kali Cilinwung tertutup sampah sementara di tepi kali itu sampah terlihat menggunung, Senin (15/7) |
|
Bang Jokowi saat melakukan peninjauan ke Pintu Air Manggarai |
Butuh Tambahan Eskavator
Banyaknya sampah rumah tangga di Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan, ternyata tidak dibarengi dengan jumlah alat yang memadai. Terlebih, untuk mengangkut sampah tersebut hanya tersedia satu eskavator. Kondisi itu membuat Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, memerintahkan tambahan eskavator dari Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI agar masalah sampah tersebut bisa segera diatasi.
"Kalau setiap hari seperti ini bagaimana? Budaya bersih dari masyarakat harus ditingkatkan. Saya juga sudah telepon ke Dinas PU untuk segera dikirim bantuan eskavator dan dump truk, supaya ini segera diatasi," tegasnya, Rabu (24/10).
Jokowi mengaku jika hanya satu eskavator yang bekerja untuk mengeruk sampah maka tidak cukup. Mengingat volume sampah yang cukup banyak. "Kalau cuma satu (eskavator) tidak cukup. Harus dibarengi pola hidup masyarakat jangan buang sampah di sungai," pintanya.
Sampah-sampah seperti sterofoam menumpuk di Pintu Air Manggarai. Satu buah eskavator terus mengeruk dan memindahkan sampah-sampah tersebut ke bantaran Kanal Banjir Barat (KBB) yang menjadi penghubung dengan Kali Ciliwung. Sampah yang dikeruk pun sudah menggunung di bantaran kali karena belum diangkut.
Penanggungjawab Pintu Air Manggarai, Parjono mengaku, sampah-sampah tersebut merupakan kiriman dari hulu. Namun jumlahnya memang sudah di atas normal. Biasanya dalam sehari hanya 40 meter kubik sampah, tetapi saat ini mencapai 160 meter kubik selama tiga hari. "Ini kiriman dari hulu, biasanya cuma 40 meter kubik sampah. Nanti sampah-sampah ini dibuang ke Bantargebang," tandasnya.
Kalau Sudah Begini, Lantas Siapa Yang dipersalahkan?