Kematian terumbu karang
bisa dicegah jika dunia mampu memangkas emisi gas rumah kaca dalam jumlah
besar. Hal ini terungkap dalam penelitian terbaru yang disusun oleh Katharine
Ricke dan Ken Caldeira dari Carnegie Institution for Science yang akan diterbitkan
besok (Rabu, 3/6).
Terumbu karang adalah
surga bagi keanekaragaman hayati dan sumber ekonomi bagi masyarakat pesisir.
Namun keberadaan mereka mudah dipengaruhi oleh kondisi lingkungan; oleh
pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan, polusi di wilayah pesisir,
kenaikan suhu air laut, eksploitasi perikanan dan perubahan kondisi kimiawi di
laut akibat kenaikan emisi gas rumah kaca.
Dalam penelitian ini,
Ricke dan Caldeira bersama dengan tim dari Institut Pierre Simon Laplace dan
Stanford University, membahas dampak peningkatan keasaman di perairan terbuka
di sekitar terumbu karang yang memengaruhi kemampuan terumbu karang untuk
bertahan hidup.
Terumbu karang
menggunakan mineral bernama aragonit untuk membangun rangka mereka. Mineral ini
secara alami tersedia dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO3). Emisi karbon
dioksida atau CO2 yang diserap oleh samudra dari atmosfer mengubah mineral ini
menjadi asam karbonat (bahan yang sama untuk membuat soda api), membuat samudra
semakin asam, mengurangi pH, sehingga makin sulit bagi organisme laut
menumbuhkan cangkang dan tulang mereka, sehingga mengancam keberadaan terumbu
karang di seluruh dunia.
Dengan menggunakan
simulasi ini Ricke, Caldeira, bersama tim memerhitungkan kondisi kimiawi
samudra menggunakan berbagai skenario dan dampaknya terhadap pertumbuhan
terumbu karang pada masa datang.
“Hasil penelitian kami
menunjukkan, jika kita terus mengalami kenaikan emisi seperti saat ini, tidak
akan ada perairan di dunia yang layak bagi pertumbuhan koral seperti pada masa
lalu. Prediksi kami, sebagian besar terumbu karang di perairan dangkal akan
mati. Walau kami tidak bisa memastikannya 100%, namun perkiraan ini adalah yang
terbaik,” ujar Ricke.
Solusinya adalah aksi
pemangkasan emisi besar-besaran untuk menyelamatkan terumbu karang. “Dunia perlu
mengubah sistem energi untuk menyelamatkan terumbu karang. Sistem energi yang
tidak menjadikan samudra dan atmosfer sebagai tempat pembuangan polusi CO2.
Keputusan penting ini harus diambil dalam tahun-tahun mendatang guna memastikan
eksistensi terumbu karang hingga akhir abad ini,” ujar Caldeira sebagaimana
dikutip dalam rilis Carnegie.