“40% daratan di Surabaya sudah diresapi air laut. Selain membuat air tanah menjadi payau (asin), peristiwa (intrusi) ini berpotensi merusak pondasi bangunan. Hal ini sangat berbahaya mengingat banyaknya gedung bertingkat di Surabaya,” kata aktivis senior Tunas Hijau Dony Kristiawan, sambil menunjukkan cuplikan surat kabar tentang fakta lingkungan tersebut.
Fenomena lingkungan tersebut membutuhkan tindakan nyata semua pihak untuk mengatasinya. “Butuh tindakanya nyata untuk menghambat semakin masuknya air laut ke daratan. Diantaranya melalui pembuatan lubang resapan biopori serta penanaman pohon seperti yang telah kita lakukan hari ini,” imbuh Dony kembali.
Sebelumnya para siswa yang berisi perwakilan kelas serta ekstrakurikuler tersebut melakukan penanaman 100 pohon bersama perwakilan Harian Kompas serta BRI. Berbagai jenis pohon ditanam untuk mewujudkan hutan sekolah baru di sekolah yang terletak di jalan Mayjen Prof.Dr.Moestopo ini.
|
Siswa-siswi SMKN 5 menanam pohon di halaman depan sekolah |
|
Siswa-siswi SMKN 5 menanam pohon di halaman depan sekolah. |
|
Siswa-siswi SMKN 5 menanam pohon di halaman gedung belakang sekolah. |
|
Siswa-siswi SMKN 5 menanam pohon di halaman gedung belakang sekolah |