Halo PLH Indonesia, kali ini saya mau bercerita tentang pengalam saya waktu jalan-jalan ke kampung Tua Teluk Mata Ikan Batam
Mungkin Udah banyak yang tahu belum ya kalau Batam punya 36 kampung tua? Kampung-kampung tersebut diberi gelar ‘tua’ karena sudah wujud sebelum berdirinya pemerintahan Otorita Batam tahun 1971. Kebanyakan kampung-kampung tua tersebut terletak dekat dengan laut. Dan kebanyakan penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan (meski semakin hari semakin berkurang)
Berdasarkan hasil googling, jumlah kampung tua di pulau batam berbeda-beda versi. Ada yang menyebut 36, 35, 34 atau hanya 32. Jumlah pastinya masih perlu konfirmasi ke pemko batam. Tapi jumlah bukan masalah, yang jelas saya ikut bersuka cita lantaran kampung di mana saya dibesarkan, kampung panglong, turut ditetapkan sebagai salah satu kampung tua. Kampung panglong ini memang sudah cukup tua. Waktu saya sekeluarga pindah dari Batu Merah ke sini februari 1991, di Panglong sudah mewujud sebuah kampung yang ramai dengan segala dinamikanya(halah!)
Sementara itu, belakangan ini saya gemar blusukan kampung-kampung tua, sekedar jalan-jalan sore, menghirup udara segar, mencari variasi pemandangan selain pete, ruko dan perumahan. Beruntung, kebanyakan kampung tua dekat dengan pantai, jadi jalan-jalan ke kampung tua sama saja dengan jalan-jalan ke pantai.
Kampung tua terakhir yang saya sambangi adalah Kampung Tua Teluk Mata Ikan. Letaknya nun di ujung semenanjung Nongsa. Kalau anda mau ke sini dengan metrotrans, naiklah yang jurusan jodoh-nongsa. Pemberhentian terakhir rute tersebut di teluk mata ikan. Saya terakhir jalan-jalan ke sini tahun 1992, dan baru ke sini lagi tahun 2011. Ck ck ck.. padahal masih satu pulau..
Gapura besar langsung menyambut kami saat memasuki kampung tua teluk mata ikan. Gapura tersebut merupakan hasil pembangunan pemko batam sebagai penanda bahwa di sini adalah kampung tua batam. Selain di teluk mata ikan, gapura atau tugu kampung tua juga di bangun di 31 kampung lain.
Tak ada yang istimewa di teluk mata ikan. Satu-satunya daya tarik adalah pantainya. Pantai berpasir putih membentang hampir dua kilometer dari utara ke selatan. Sayang, anugerah pantai berpasir itu tampak kurang dirawat. Sampah dan bebatuan tampak mengotori pantai di banyak tempat. Padahal teluk mata ikan ini termasuk salah satu objek wisata yang mendapat pembenahan infrastruktur oleh pemkot demi mendukung program Visit Batam 2010.
Pemko sempat membangun sejumlah pondok(gazebo), toilet dan kios-kios di salah satu sudut pantai teluk mata ikan. Sayang, fasilitas yang menghabiskan anggaran ratusan juta tersebut kini terbengkalai. Gazebonya menjelang keropos, toilet tak berfungsi, lokasinya pun ditumbuhi alang-alang, tanda tak terawat. Saya tak tahu siapa yang salah – pemerintah, penduduk, atau kondisi(pengunjung sepi) – yang jelas untuk sampai ke lokasi pantai ini saja jalannya sudah tidak mendukung. Jalan masuk ke pantai hanya berupa jalan setapak di mana mobil tak akan bisa lewat, motor pun harus megal megol karena jalannya berpasir. Kalau jalan masuk saja sudah tak bagus, macam mane nak ramai pakcik?