Gapura kampung tua di Kampung Tanjungbuntung. |
DENGAN wajah sumringah, Agus keluar dari pintu rumahnya di Bengkong Harapan 2. Hari itu, hari Minggu pagi di medio tahun 1993. Kaos merk Osella dan celana jins yang dia pakai adalah yang terbaik. Tak lupa gitar kesayangannya dia bawa untuk menemani hari liburnya bersama kekasih dan teman-teman sekolahnya ke Pantai Tanjungbuntung yang terletak di Kampung Tanjungbuntung.
Agus dan rombongannya berjalan kaki menuju Tanjungbuntung, melewati jalan setapak yang terbuat dari kayu balok dan papan menuju Bengkong Permai. Waktu itu Bengkong Harapan dan Bengkong Permai terpisah oleh rawa yang luas (kini telah ditimbun dan menjadi pemukiman penduduk). Orang Bengkong Harapan dan orang Bengkong Permai yang sering melewati jalan setapak itu menjulukinya shiratal mustakim (jalan nan lurus).
”Zaman itu, jarang anak sekolahan yang punya kendaraan, jadinya ya jalan kaki. Lagian Tanjungbuntung kan tidak terlalu jauh, apalagi jalan kaki bareng teman-teman. Asyik aja tuh,” ungkap Agus, 35, tersenyum mengingat masa remajanya.
Masa itu, Pantai Tanjungbuntung memang termasuk lokasi favorit bagi warga Batam untuk berlibur. Meskipun infrastruktur seperti jalan belum diaspal dan tidak rata namun sepanjang jalan teduh dengan pohon-pohon yang rindang.
Ahmad Khoiri, 30, menaiki batu cadas yang “memeluk” Pantai Tanjungbuntung.
Orang yang keluar dan menuju Pantai Tanjungbuntung, seakan-akan tidak pernah sepi, dari pagi hingga sore. Rata-rata berjalan kaki.”Tak terasa capeknya, kami happy aja sepanjang jalan sambil gitaran,” kata Agus.
Senada dengan Anam, 32, menurutnya, sebelum tahun 1998 Pantai Tanjungbuntung masih bagus dan jalan menuju ke sana rindang,”Jalan kaki gak terasa capeknya karena di sepanjang jalan teduh, apalagi jalan ramai-ramai,” katanya. ”Di sana kami menikmati panorama lautnya yang indah sambil menikmati kepiting goreng,” imbuh lajang yang pernah bermukim lama di Bengkong Permai ini.
Airnya yang jernih dan pemandangannya yang indah adalah daya tarik Pantai Tanjungbuntung. View-nya langsung ke selat Melaka, di mana kapal-kapal hilir mudik.
Birunya laut dan hembusan angin pantai serta hijaunya daun pohon bakau dan pohon kelapa yang tumbuh di pantai yang panjangnya hanya sekitar dua ratus meteran itu membius pengunjungnya. Ditambah lagi dengan bebatuan di kiri dan kanannya yang membentuk seperti tapal kuda, menambah eksotis pantainya.
Lain dulu, lain sekarang. Pantai Tanjungbuntung tak seindah dulu lagi. Daya biusnya pun sudah hilang. Keindahannya rusak oleh sampah-sampah yang berserakan di sepanjang pantai itu. Airnya yang jernih membiru tercemar oleh reklamasi pantai sehingga warnanya yang biru berubah kecokelatan.
”Orang sudah malas datang berkunjung karena airnya sudah kotor dan sampahnya juga banyak,” ujar Ratinah, 40, warga Kampung Tanjungbuntung yang pernah berjualan kepiting goreng di pantai tersebut antara tahun 90-an hingga 2006 silam di serambi rumah panggungnya, Kamis (7/4) lalu.
Menurut Ratinah, waktu jaya-jayanya, Pantai Tanjungbuntung selalu ramai dikunjungi orang,”Bisa ratusan pengunjung di hari Minggu, kini paling hanya sepuluhan pengunjung saja,” katanya.
Senada dengan Ratinah, Ketua RT 01/ RW 01 Kampung Tanjungbuntung, Kelurahan Tanjungbuntung, Kecamatan Bengkong, Ibrahim Nasir, 38, menyayangkan kondisi pantai yang ada di lingkungan RT nya itu.”Kalau dikelola pasti bagus, masalahnya sekarang lahan itu punya orang. Sedangkan orang yang punya itu sekarang tinggal di Malaysia. Jadinya susah juga untuk mengurusnya,” katanya dengan nada sesal.
Status Kampung Tanjungbuntung kini sudah menjadi kampung tua. Gapura kampung tua pun berdiri megah di ujung kampung itu. Catnya dominan warna hijau dan kuning khas melayu. Jalan utamanya pun sudah disemen.
Jika dulu rumah masih jarang-jarang, kini di kiri-kanan jalan sudah mulai padat. Dan untuk mencapai lokasi pantai yang berdampingan dengan kebun karet itu kini kita akan melewati gedung SMK Pelayaran Dan Perkapalan Maritim Nasional Batam.
”Andai ini dikelola, harus ada tempat bermain anak-anak dan warung makannya agar pengunjung nyaman datang ke sini,” kata Ana, 19, warga Bengkong Polisi yang berkunjung bersama ketiga temannya, Kamis lalu.
”Kalau bisa pantai ini disterilkan dari sampah, kan eman, pemandangannya bagus tapi banyak sampahnya,” harap karyawan PT SCI, Batam.*** (esont)
Galery Foto :
Sampah mengotori bibir Pantai Tanjungbuntung.
Jalan kampung sudah disemen.
Rumah panggung warga Kampung Tanjungbuntung.*** (By esont)
By: http://esont.wordpress.com/ To plh Indonesia, Kalau ada waktu luang, boleh kita berkenalan kalau ada niat liburan, datanglah ke Pulau Batam