To PLH Indonesia
Salam dari kami : http://jalankemanagitu.wordpress.com/
Saya selalu suka jalan-jalan ke pulau-pulau kecil di sekitar batam. Seru aja gitu, menikmati pantai dan laut di pulau yang sepi tanpa penghuni macam pulau putri, pulau awi, dan pulau kura. Sabtu yang lewat giliran saya ke Pulau Lengkana.
Pulau Lengkana mungkin banyak yang belum pernah dengar. Tapi kalau Belakang Padang, semua orang Batam pasti tahu. Nah, pulau Lengkana ini letaknya persis di utara Pulau Belakang Padang.
Senin(26/12) pukul tujuh pagi, saya dan rekan-rekan BTN Syariah sudah berkumpul di pelabuhan pancung sekupang. Rencana jalan-jalan kami hari itu adalah ke belakang padang, sarapan prata, kemudian menyeberang ke pantai indah di pulau lengkana.
Tarif menyeberang ke Belakang Padang Rp.10.000/orang. Bisa juga sistem charter, tarifnya Rp.80.000/pancung. Satu pancung muat lebih dari 10 orang. Lama perjalanan ke Belakang Padang cuma 15 menit. Kerennya, sepanjang perjalanan laut kita disajikan pemandangan megahnya gedung-gedung pencakar langit dari negeri singa. Dekat sekali.
Hal pertama yang kami lakukan begitu sampai di pelabuhan kuning belakang padang adalah mencari tempat sarapan. Ketemulah Kedai Kopi Double Peach, tak jauh dari pelabuhan. Saya pun memesan segelas teh-o dan seporsi pratasebagai pengisi perut di pagi yang cerah itu. Konon jalan-jalan ke pulau berjuluk ‘pulau penawar rindu’ ini tak lengkap tanpa mencoba menu prata khasnya.
Usai sarapan, saatnya bergerak ke pelabuhan pancung menuju pantai indah, pulau lengkana. Kami berjalan kaki sekitar 600 meter ke utara, menyusuri Jalan Hang Tuah. Kota kecamatan ini tak banyak berubah setelah 10 tahun tak saya sambangi. Tetap bersahaja, banyak becak dan tak ada mobil berseliweran.
Pelabuhan menuju pantai indah berupa pelantar yang panjaaang dan rapuh. Kayu-kayunya banyak yang lapuk. Di ujung pelantar kami bertemu Pak Acip, sang pengemudi pancung. Beliau bersedia mengantar kami ke pantai indah dengan tarif Rp.30.000 sekali jalan, atau Rp.70.000 pergi pulang. Tentu kami ambil tarif PP. Nanti kalau mau dijemput tinggal telepon.
Sekitar 10 menit naik pancung, sampailah kami di Pantai Indah Pulau Lengkana. Kesan pertama; well, nama ‘Pantai Indah’ agaknya terlalu berat untuk pantai ini. Pesonanya jauuuuh di bawah Pantai Trikora, if I can say.
Pulau Lengkana sendiri sebagaimana yang saya bilang di atas terletak di utara pulau belakang padang. Luasnya sekitar… entah berapa hektar, yang jelas hanya butuh satu jam atau lebih sedikit untuk mengelilingi pulau ini dengan berjalan kaki.
Hal pertama yang menarik perhatian kami begitu tiba di pulau lengkana adalah sebentuk tebing yang tampak cukup eksotis di sebelah timur pulau. Maka ke sanalah kami menuju, berjalan 350 meter melewati semak-semak yang baru dibakar, alhasil baju dan celana hitam-hitam terkena arang bakaran.
Tapi semua terbayar. Pemandangan dari tebing ini menakjubkan. 10 meter di bawah kami laut dengan ombak yang tenang, sedangkan 10 kilometer di depan mata kami adalah pusat kota Singapura yang megah. Yap, lebih kurang 10 km di depan kami sudah kawasan Marina Bay Singapura. Gedung kembar tiga Marina Bay Sands, Singapore Flyer dan lain-lain semua nampak jelas!
Btw, 10 km itu udah nyampe singapura kota lho ya. Kalo cuma ‘asal singapura’ mah 6 km di depan pulau lengkana juga sudah Pulau St. John yang masuk teritorial negara Singapura. Emejing kan? Inilah dia Pulau Lengkana, salah satu daratan Indonesia yang berada paling dekat dengan Singapura. Bersaing ketat dengan pulau Anak Sambu, pulau Tolop dan pulau Keramatolon.
Namun kedekatan jarak dengan singapura ini ada konsekuensinya. Kedua hp saya lebih memilih menangkap sinyal operator seluler negeri jiran itu daripada operator dalam negeri. Ngeri-ngeri sedap juga, mengingat kartu saya yang satu pasca bayar, dan satunya lagi im3 dengan saldo pulsa 250 ribuan. Sempat terkena international roaming, matilah anak ayam!
Puas foto-foto dari atas tebing, kami kembali ke pantai indah melewati pesisir pantai. Di sini lah ketahuan kelemahan pantai ini; banyak sampah berserakan. Dan bukan cuma sampah plastik, beling/pecahan kaca juga tampak berceceran di sana-sini. Entah dari mana asalnya. Sementara itu saya perhatikan sampah-sampah plastiknya sebagian ada yang ‘impor’ dari Singapura dan Malaysia. Ndak sopan!
Di pantai indah kami berenang sekenanya dan baring-baring penuh kemalasan di atas pasir putih yang lembut. Pasirnya memang lembut dan bersih. Padahal menurut pak acip, keindahan pantai ini sudah jauuh berkurang dibanding dulu. Penyebabnya pasir pantai ini kerap diambil warga untuk membangun rumah, alhasil pantai jadi tergerus dan menjorok ke daratan. Dengan kata lain, pantai yang sekarang ini adalah sisa-sisa pantai terdahulu.
Dan sejak ada wacana di pulau lengkana ini akan dibangun resort wisata, barulah aktivitas penambangan pasir berhenti. Di depan pantai pun sekarang sudah dipasang batu pemecah ombak untuk mencegah daratan pulau lengkana habis digerus abrasi.
Alat snorkel yang saya bawa hari itu tak banyak berguna, sebab tak ada yang bisa dilihat di bawah permukaan air. Mungkin ada, tapi harus lebih ke tengah laut, dan saya ndak berani, hahaha.
Jam setengah satu siang, tak lama setelah menyantap bekal makan siang yang kami beli di belakang padang, kami dijemput Pak Acip. Alih-alih diantar balik ke belakang padang, kami justru minta diantar langsung ke Pulau Sambu. Pak Acip setuju, asal ongkos ditambah. Dari semula 70ribu, nambah 20ribu menjadi 90ribu. Tak masalah, dibagi 4 orang masih berapa la ya kan?
Nah terkait ongkos, kalau suatu saat teman-teman mau jalan-jalan ke pantai indah juga, datanglah dengan jumlah personil yang pas. Kira-kira 6 sampai 8 orang. Jumlah segitu masih pas dalam satu pancung, dan urunan ongkos pancungnya bisa jadi lebih murah hingga 10ribuan per orang. Asik kan? (ˆ▽ˆ)
Bersambung