Sekitar 500 titik api kembali membakar hutan tropis Sumatera, dan kembali mengirimkan kabut asap tak hanya bagi warga setempat, namun juga ke beberapa tetangga di Singapura dan Malaysia.
Titik-titik api yang disebabkan oleh pembukaan lahan untuk perkebunan tersebut terkonsentrasi di Propinsi Riau, Jambi dan Sumatera Selatan. Mirip dengan kebakaran yang terjadi dua bulan sebelumnya, sebagian besar titik api ini muncul di lahan gambut yang membuatnya sangat sulit untuk dipadamkan.
Namun, berbeda dengan kasus di bulan Juni silam, kebakaran yang terjadi saat ini tidak didorong oleh angin ke Semenanjung Malaya, dan lebih terkonsentrasi di Propinsi Riau dan Sumatera bagian Utara.
Kebakaran hutan menjadi sesuatu yang semakin sering terjadi di Sumatera dalam satu dekade terakhir seiring dengan maraknya pembukaan hutan untuk keperluan perkebunan Hutan Tanaman Industri dan kelapa sawit. Lahan-lahan gambut yang dalamnya lebh dari 3 meter banyak dikeringkan untuk perkebunan tersebut, dan menjadi semakin mudah terbakar. Dari analisis lembaga Eyes on the Forest, ditemukan bahwa 90 persen titik api yang menyebabkan kebakaran terjadi di lahan gambut. Sementara 87% deforestasi yang terjadi di Propinsi Riau -dan menjadi sumber utama munculnya titik api- antara tahun 2007 hingga tahun 2012 disebabkan oleh konversi hutan menjadi perkebunan.
Secara keseluruhan Sumatera kehilangan 7,5 juta hektar hutan tropis atau sekitar 36% dri seluruh tutupan hutannya antara tahun 1990 hingga tahun 2010.