Wisata Religi~Masjid Menara Kudus yang berada di desa Kauman,
Kecamatan Kota, kabupaten Kudus, Propinsi Jawa Tengah merupakan satu simbol
toleransi. Masjid ini dibangun pada tahun 1959 Masehi atau 956 Hijriyah oleh
Ja’far Shodiq yang tidak lain adalah Sunan Kudus. Masjid ini juga dikenal
dengan nama Masjid Al Agsa karena batu pertama sebagai pembangunan masjid ini
diambil dari Baitul Magdis, Palestina.
Bentuknya yang unik menjadi salah satu daya tarik
tersendiri. Masjid ini memiliki menara seperti candi, sehingga hal ini
mengisyaratkan perpaduan antara arsitektur dan budaya Islam dengan budaya
Hindu. Menara yang berbentuk candi ini menjadi ciri khas dari masjid
ini.Kunjungan ke masjid tersebut biasa ramai pada hari Sabtu dan Minggu atau
hari libur. Kunjungan mereka biasanya tidak hanya sekedar melihat-lihat saja
melainkan menyempatkan diri berdoa di makam Sunan Kudus yang berada dibelakang
Masjid tersebut.
Beberapa kali masjid ini mengalami renovasi
sehingga bentuknya telah banyak berubah. Pertama kali renovasi terjadi pada
tahun 1918 dengan mengganti semua bangunan utama kecuali mihrab dan prasasti.
Yang paling unik adalah bangunan bagian luar seperti menara, gapura dan tembok
yang menggunakan bata merah. Pemasangan bata merah pada bangunan tersebut tidak
menggunakan perekat sama sekali. Metode yang digunakan oleh Sunan Kudus adalah
dengan cara menggosokkan antar batuan dengan menggunakan kulit kerang agar
lebih mudah dalam pengerjaannya.
Ada tiga buah gapura yang digunakan sebagai pintu
masuk. Namun adanya renovasi membuat hanya ada 1 gapura yang berada di luar
sedangkan 2 lainnya berada di bagian dalam masjid. Pada gapura yang paling
dalam dan gapura kedua diatasnya terdapat tulisan dengan bahasa Jawa dan
berhuruf arab yang berbunyi “Pintu ini dibuat pada zaman pemerintahan Aryo
Paninggaran”.
Selain makam Sunan Kudus terdapat juga makam
lainnya yaitu makam keluarga Sunan, para pangeran dan panglima serta sahabat
Sunan. Tempat ini selalu ramai dikujungi para peziarah dari dalam maupun luar
kota. Pada tanggal 10 Muhharam digelar tradisi buka luwur yakni penggantian
kain kelambu makam dengan yang baru.
Bagi Anda rombongan yang menggunakan bus tidak
diperkenankan untuk langsung di lokasi melainkan harus turun di terminal yang
kemudian dilanjutkan dengan angkutan lokal berupa ojek atau becak. Hal ini
telah diatur perda setempat dan apabila dilanggar akan dikenakan sanksi. Jarak
tempuh dengan menggunakan ojek memerlukan waktu 5 menit sedangkan becak sekitar
10 menit. Namun kita juga tidak bisa menentukan sendiri naik becak atau ojek,
hal ini karena jadwal pengaturan sudah ditentukan oleh perda pemerintah
setempat.
berikut galery fotonya sob
buat plh Indonesia,
salam kenal ya dari kami