Pemanasan global
mengusik mikroba dalam tanah dan mengganggu kemampuan mereka untuk bertahan
hidup. Mikroba dipaksa pindah dari ekosistemnya akibat pemanasan global dan
perubahan iklim.
Hal ini terungkap dari
hasil penelitian terbaru tim internasional yang dipimpin oleh Ferran
Garcia-Pichel, ahli mikrobiologi dan profesor di School of Life Sciences,
Arizona State University (ASU). Penelitian yang mengupas secara detil dampak
pemanasan global terhadap struktur dan kesuburan tanah ini menjadi artikel
utama dalam jurnal Science edisi 28 Juni.
Menurut tim peneliti,
mikroba berperan penting melindungi tanah dengan membentuk lapisan teratas
tanah terutama pada tanah yang kering. Dalam jangka waktu kurang dari 50 tahun,
pemanasan global akan memaksa mikroba keluar dari ekosistemnya menimbulkan
ancaman erosi dan mengurangi kesuburan tanah.
Tim peneliti
mengungkapkan, terdapat ribuan mikroba dalam satu jumput tanah. Cyanobacteria –
bakteri yang mampu melakukan fotosintesis – adalah salah satu jenis mikroba
yang paling banyak ditemukan. Tanpa cyanobacteria, mikroba lain dalam tanah
tidak akan hidup karena masing-masing saling bergantung guna memenuhi kebutuhan
energi dan makanan mereka.
Tim peneliti melakukan
survei komunitas mikroba yang hidup dalam lapisan tanah dalam skala besar.
Mereka mengumpulkan sampel-sampel tanah dari wilayah Oregon, New Mexico, Utah
hingga California, dan meneliti tanah-tanah tersebut untuk mendapatkan DNA
mikroba.
Hasilnya, tim peneliti
menemukan dua jenis Cyanobacteria penting dan dominan dalam tanah yaitu
Microcoleus vaginatus serta Microcoleus steenstrupii. Bentuk dan perilaku kedua
mikroba ini sangat mirip. Mereka bekerja sama membentuk lapisan teratas tanah
dan bisa ditemukan di banyak lokasi di seluruh dunia.
Lapisan teratas tanah (crusts)
penting bagi kesehatan ekologis tanah, terutama tanah yang kering. Lapisan
inilah yang melindungi tanah dari erosi dan menjaga kesuburan tanah dengan
mengikat karbon dan nitrogen dari dalam tanah dan mengekstrak nutrisi-nutrisi
lain yang terperangkap dalam debu.
Setelah meneliti tipe
tanah, unsur kimia, curah hujan, iklim dan suhu, tim peneliti menggunakan model
matematika yang memerlihatkan perbedaan suhu ekosistem kedua jenis mikroba
tersebut. M. vaginatus mendominasi lapisan teratas tanah di wilayah yang lebih
dingin, sementara M. steenstrupii mendominasi lapisan teratas tanah di wilayah
yang lebih panas.
Menurut tim peneliti,
dalam waktu kurang dari 50 tahun, kondisi ini akan berubah. M. steenstrupii -
yang lebih banyak terdapat di wilayah yang lebih panas - akan semakin
mendominasi lapisan tanah di seluruh dunia. "Kami belum memiliki cukup
informasi mengenai mikroba ini dan apa yang akan terjadi dengan absennya M.
vaginatus (akibat pemanasan global dan perubahan iklim),” ujar Garcia-Pichel.
Kedua mikroba ini
adalah mikroba yang berperan penting dalam tanah yang sudah berumur jutaan
tahun. Untuk memeroleh informasi lebih banyak, Garcia-Pichel meminta agar
mikroba dimasukkan sebagai salah satu aspek penelitian perubahan iklim.