Perilaku Orangutan Berubah Saat Terjadinya Kabut Asap |
Kebakaran yang terjadi selama beberapa bulan terakhir ini di Indonesia, telah menghanguskan lahan dan hutan sekitar 2 juta hektar. Dampaknya sungguh dahsyat, tak hanya mengganggu kehidupan sehari-hari jutaan masyarakat di Indonesia, kabut asap dari kebakaran tersebut telah menyebabkan ratusan ribu warga di Sumatera dan Kalimantan terserang penyakit ISPA. Tak terkecuali, kabut asap juga memberikan dampak langsung kebakaran hutan bagi berbagai jenis flora dan fauna.
Di Kalimantan, Orangutan, makhluk yang secara genetis kekerabatannya dekat dengan manusia, tempat hidupnya menjadi korban langsung dari kebakaran lahan dan hutan, termasuk di Kalimantan Tengah.
Kabut asap yang melanda habitat Orangutan memaksa mereka meninggalkan habitatnya untuk menyelamatkan diri, termasuk dengan memasuki kawasan pemukiman. Beberapa diantaranya diketahui bahkan mengalami gangguan kesehatan mata.
Kebakaran hutan juga ditengarai telah menyebabkan terjadinya perubahan perilaku orangutan sehari-hari seperti yang diamati WWF Indonesia di kawasan Danau Panggu Alas, Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah. Selama musim bencana asap diketahui Orangutan membuat sarang untuk tidur lebih awal pada pukul 14.30 – 15.00 dibandingkan dengan rata-rata waktu tidur sebelumnya, yaitu pada pukul 17.00. Perubahan juga terjadi pada waktu bangun tidur, yang biasanya Orangutan bangun antara pukul 04.30-05.00, pada musim asap orangutan bangun rata-rata pada pukul 06.00.
Selain itu, teramati juga perubahan ketinggian sarang yang dibuat selama terjadinya kabut asap, diketahui orangutan membuat sarang lebih rendah di bandingkan saat tidak adanya kabut asap. Ditemui juga individu yang pola makannya berubah. Pada masa ini ada individu orangutan yang dalam satu hari hanya memakan umbut dari sejenis pohon pandan, padahal buah pakan orangutan, misalnya pohon Tutup Kabali (Diospyros sp) tersedia di hutan pada saat ini. Kedua perubahan ini diduga dilakukan untuk menghindari asap pada sore hingga pagi hari yang lebih tebal, karena kabut asap turun terbawa oleh embun yang berkumpul pada kanopi pohon.
Berdasarkan catatan Borneo Orangutan Survival (BOS) Foundation Nyaru Menteng, sejak September 2015 pihaknya bersama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, telah mengevakuasi sedikitnya delapan individu Orangutan di Kalimantan Tengah yang terkena dampak kebakaran hutan. Satu individu Orangutan juga diselamatkan di daerah Sampit yang dilakukan oleh Orangutan Foundation (UK) bekerjasama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah.
Kebakaran hutan yang menimbulkan bencana asap ini telah terjadi lebih dari 15 tahun berturut-turut, dan harus bisa dicegah agar tidak terulang kembali. Selain mengancam langsung kesehatan masyarakat, dampaknya juga mengancam keberlangsungan hidup satwa langka, yang perlu dijaga kelestariannya agar bisa terus menjalankan fungsi ekologinya dalam menjaga keseimbangan dan keberlangsungan habitatnya, yang menyediakan jasa ekosistem yang sangat dibutuhkan manusia.
Oleh: Chairul Saleh - WWF Conservation Science for Flagship Species Coordinator